Pengiriman di dalam kota Surabaya memanfaatkan jasa ojek online, sementara untuk luar kota Surabaya, LPJ bekerja sama dengan PT Pos.
Pola belanja yang diterapkan di LPJ menurutnya juga untuk mengedukasi masyarakat agar terbiasa dengan kebiasaan baru saat pandemi yakni belanja online.
Awal mula dibuka, memang banyak masyarakat datang ke LPJ dengan melakukan transaksi offline.
Namun, akhir-akhir ini transaksi online angkanya terus naik. Bahkan, data transaksi LPJ sejak 1 hingga 16 September 2020, didominasi transaksi online.
Pada 1 September 2020, transaksi offline tercatat 100 kali, sementara transaksi online 551 kali.
Sementara pada 16 September 2020, transaksi online 728 kali, sementara transaksi offline 113 kali.
Namun, jika ditotal sejak awal beroperasinya LPJ pada 21 April 2020 hingga 16 September 2020, jumlah transaksi offline memang lebih banyak yakni 63.775 transaksi (Rp 9,2 miliar) sementara transaksi online hanya 40.677 transaksi (Rp 6,1 miliar).
Baca juga: Pemprov Jatim akan Bangun RS Lapangan di Malang, Pemkot: Bisa Jadi Alternatif
LPJ didesain tidak hanya sebagai pasar murah dengan biaya bebas ongkos kirim, namun juga sebagai pasar yang menyerap produk dari petani.
Sebulan pertama beroperasi, LPJ tercatat sudah menyerap 232,42 ton beras dari petani lokal di Jatim.
Beras lokal Jatim yang diserap antara lain berasal dari Mojosari 35,7 ton, Mojokerto 42,98 ton, Kediri 34,5 ton, Jember 13,17 ton, Ngawi 17,86 ton, dari Lamongan 69,2 ton.
"LPJ membuat semuanya untung, petani tidak bingung menjual hasil panen saat pandemi, dan masyarakat dijamin mendapatkan harga sembako murah. Bukan hanya beras, produk lain dari petani juga akan kami ambil nantinya," terang Mirza.