Menurut dia, bencana tanah bergerak mulai diketahui sejak Juni 2020.
Lalu, kondisi tanah yang bergerak semakin membesar dan tidak beraturan. Ada yang ambles dan ada juga yang terangkat.
Baca juga: Ridwan Kamil Sebut RS di Depok Mulai Penuh dan Mengkhawatirkan
Hingga pada suatu hari, Asep menginap di rumahnya seorang diri. Sementara istri dan ketiga anaknya sudah mengungsi ke rumah mertuanya.
"Waktu itu sudah dua hari hujan mengguyur, namun tidak deras," kata dia.
Asep menuturkan, pada malam kedua saat hujan deras, tiba-tiba terasa rumah bergetar.
Dia pun sudah curiga lahan di rumah panggungnya kembali bergerak.
Akhirnya dia keluar rumah untuk memeriksa bangunan rumahnya. Saat diperiksa, ternyata posisi rumah sudah mulai terlihat miring dan retakan-retakan tanah semakin besar lebarnya.
Dia pun tidak kembali menempati rumah panggungnya, lalu mengungsi ke rumah mertuanya.
"Sehari setelah kejadian itu, malam harinya rumah pun ambruk. Bagian ruang tengah dan dapur jadi terpisah," ujar Asep.
Baca juga: Ridwan Kamil Putuskan Bogor, Depok, dan Bekasi Menerapkan PSBM
Dekat zona sesar cimandiri
Kepala Dusun Cisayang Ujang Ruhiyat Hidayat alias Opik menjelaskan, retakan terus membesar dan amblesannya semakin dalam. Pada akhirnya, rumah ambruk pada 19 Agustus 2020 lalu.
"Sebelumnya kami sudah mengimbau agar mengungsi dan karena pergerakan terus, kami sudah mengimbau relokasi rumah ke tempat aman," tutur Opik.
Menurut dia, dari hasil pendataan sementara, hingga September 2020 ada dua rumah lain yang rusak pada dindingnya.
Selain itu, terdapat 6 rumah yang terancam ambruk dan lahan persawahan milik beberapa warga mengalami kerusakan pada tanahnya.
"Bila dilihat luasnya yang terdampak bencana gerakan tanah mencapai 1 hektar," kata dia.
Opik mengatakan, wilayah Dusun Cisyang merupakan daerah rawan bencana. Terdapat tebing tanah setinggi 300 meter yang terus tergerus longsor sejak bertahun-tahun.