Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanah Bergerak di Sukabumi, 1 Rumah Ambruk dan Lahan Sawah Rusak

Kompas.com - 14/09/2020, 17:03 WIB
Budiyanto ,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

SUKABUMI, KOMPAS.com - Sebuah rumah panggung akhirnya ambruk setelah lahan di bawahnya tergerus tanah yang bergerak.

Pada saat peristiwa tersebut, para penghuninya sudah mengungsi ke rumah orangtua, sehingga tidak ada korban jiwa.

Peristiwa ini dialami keluarga Asep Wiharja (45) warga Dusun Cisayang RT 019 RW 005 Desa Cijurey, Kecamatan Gegerbitung, Sukabumi, Jawa Barat, pada Rabu (19/8/2020) malam.

Baca juga: Nasib Petani Nyalindung Sukabumi, Sawah Ambles akibat Tanah Bergerak, Kini Terpaksa Beli Beras

Dusun Cisayang ini letaknya berada tepat di kaki tebing perbukitan Suradita, Desa Ciengang.

Suradita ini dikenal juga sebagai daerah rawan bencana tanah bergerak.

Ambruknya rumah panggung yang telah dibangun sekitar 10 tahun itu juga karena pergerakan tanah.

Sebelumnya, tanah di sekitar rumah panggung ukuran 5 x 8 meter itu diketahui terdapat retakan sekitar 5 hingga 10 sentimeter dan memanjang sekitar 5 meter.

Retakan tanah itupun sudah sempat ditutup rapat-rapat dengan tanah agar tidak membesar.

Apalagi bila hujan turun, agar airnya tidak masuk dalam lubang yang menganga ke udara.

Namun, semakin hari, tanah di halaman rumahnya dan di bawah rumah panggungnya terus berubah. Akibatnya, kondisi bangunan rumah panggung juga mulai berubah.

Baca juga: 9 Rumah Rusak Akibat Tanah Bergerak, Akses Jalan Tak Bisa Dilalui Kendaraan

Selain terdapat retakan tanah di mana-mana juga terdapat tanah yang ambles dengan berbagai variasi kedalaman. Bahkan ada yang mencapai 2 meter.

Selain di sekitar rumah, tanah bergerak ini terus menggerus lahan persawahan hingga pinggiran Sungai Cisayang.

Lahan persawahan ini berlokasi di lereng yang tempatnya lebih rendah dari rumah Asep.

"Melihat kondisi tanah terus bergerak, kalau malam hari kami semua mengungsi ke rumah mertua.  Rumahnya enggak jauh, paling 20 meter," ungkap Asep saat berbincang dengan Kompas.com di lokasi, Sabtu (12/9/2020).

 

Menurut dia, bencana tanah bergerak mulai diketahui sejak Juni 2020.

Lalu, kondisi tanah yang bergerak semakin membesar dan tidak beraturan. Ada yang ambles dan ada juga yang terangkat.

Baca juga: Ridwan Kamil Sebut RS di Depok Mulai Penuh dan Mengkhawatirkan

Hingga pada suatu hari, Asep menginap di rumahnya seorang diri. Sementara istri dan ketiga anaknya sudah mengungsi ke rumah mertuanya.

"Waktu itu sudah dua hari hujan mengguyur, namun tidak deras," kata dia.

Asep menuturkan, pada malam kedua saat hujan deras, tiba-tiba terasa rumah bergetar.

Dia pun sudah curiga lahan di rumah panggungnya kembali bergerak.

Akhirnya dia keluar rumah untuk memeriksa bangunan rumahnya. Saat diperiksa, ternyata posisi rumah sudah mulai terlihat miring dan retakan-retakan tanah semakin besar lebarnya.

Dia pun tidak kembali menempati rumah panggungnya, lalu mengungsi ke rumah mertuanya.

"Sehari setelah kejadian itu, malam harinya rumah pun ambruk. Bagian ruang tengah dan dapur jadi terpisah," ujar Asep.

Baca juga: Ridwan Kamil Putuskan Bogor, Depok, dan Bekasi Menerapkan PSBM

Dekat zona sesar cimandiri

Kepala Dusun Cisayang Ujang Ruhiyat Hidayat alias Opik menjelaskan, retakan terus membesar dan amblesannya semakin dalam. Pada akhirnya, rumah ambruk pada 19 Agustus 2020 lalu.

"Sebelumnya kami sudah mengimbau agar mengungsi dan karena pergerakan terus, kami sudah mengimbau relokasi rumah ke tempat aman," tutur Opik.

Menurut dia, dari hasil pendataan sementara, hingga September 2020 ada dua rumah lain yang rusak pada dindingnya.

Selain itu, terdapat 6 rumah yang terancam ambruk dan lahan persawahan milik beberapa warga mengalami kerusakan pada tanahnya.

"Bila dilihat luasnya yang terdampak bencana gerakan tanah mencapai 1 hektar," kata dia.

Opik mengatakan, wilayah Dusun Cisyang merupakan daerah rawan bencana. Terdapat tebing tanah setinggi 300 meter yang terus tergerus longsor sejak bertahun-tahun.

 

Dikaji Badan Geologi

Kepala Seksi Pencegahan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi Nanang Sudrajat menuturkan, pihak BPBD akan kembali mengkaji terkait bencana tanah bergerak di Dusun Cisayang.

"Sebelumnya memang ada kajian dari Badan Geologi. Namun saat itu fokusnya lokasi Dusun Suradita, Desa Ciengang yang berada di atas Dusun Cisayang," tutur Nanang saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/9/2020).

Dia sendiri sudah mendatangi lokasi dan menyosialisasikan kepada masyarakat mengenai upaya pencegahan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana pada Jumat lalu.

"Dusun Cisayang ini memang termasuk daerah rawan bencana. Di lokasi yang tanah bergerak ini juga padat penduduknya, kalau keseluruhan terdapat 114 kepala keluarga," ujar Nanang.

Lokasi Dusun Cisayang ini berada pada ketinggian 600 - 700 meter dari permukaan laut. Lokasinya berada tepat di dasar tebing dan lerengan perbukitan Suradita, Desa Ciengang, Kecamatan Gegerbitung.

Lahan permukiman masyarakat mayoritas menempati punggungan dengan kemiringan lahan bervariasi di dua kampung besar yaitu Kampung Cipari dan Cisayang

Selain permukiman terhampar luas areal persawahan yang memanfaatkan kemiringan lahan di hamparan Dusun Cisyang.

Di tengah dusun yang mayoritas warganya sebagai petani ini mengalir sungai kecil, Sungai Cisayang. Sungai Cisayang ini berhulu di daerah perbukitan Suradita.

Sebelum mengalir di permukiman, airnya mengalir melalui tebing yang dikenal dengan Curug Cisayang.

Berdasarkan hasil kajian Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) - Badan Geologi tertanggal 12 Desember 2019, untuk daerah bantaran atau lembah sungai yang berhulu di bukit Balekambang Dusun Suradita, yaitu Kampung Cipari dan Cisayang Desa Cijurey, sebaiknya dikosongkan karena berpotensi terlanda aliran bahan rombakan.

Badan Geologi meminta apabila muncul retakan dan amblesan berbentuk tapal kuda agar segera diinformasikan ke pemda atau aparat setempat, karena berpotensi terjadinya bencana longsor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com