Arsitek Belanda tampak pada material semen sebagai fondasi dan dinding setengah tembok.
Sementara material kayu dan alang-alang sebagai penutup bangunan itu kental dengan model bangunan di suku Lio.
Agus melanjutkan, bangunan pesanggrahan itu memiliki 2 lantai. Lantai satu terdapat kamar tidur, ruang perapian, dapur, toilet dan kamar mandi.
Sedangkan di lantai 2, terdapat ruangan tanpa sekat yang digunakan selain untuk tidur juga menyimpan bahan-bahan penting dan makanan.
Kedua lantai ini dihubungkan dengan 1 tangga kayu yang terletak di tempat perapian. Bangunan pesanggrahan itu menyerupai pondok.
Baca juga: Ini Rumah yang Disediakan Pemprov NTT untuk Warga Besipae yang Digusur
Di tempat itu terlihat ada sumur dan gudang.
Agus menuturkan, pasca kemerdekaan, bangunan itu digunakan sebagai pos pengamatan gunung api oleh pemerintah.
Tempat itu kemudian ditinggalkan, karena sudah dibangun vulkaologi dan Danau Kelimutu masuk jadi taman nasional.