YOGYAKARTA,KOMPAS.com-Keterbatasan tidak menyurutkan Tri Novi Rahmadani (16) warga Padukuhan Prahu, Kalurahan Girimulyo, Kepanewonan Panggang, Gunungkidul, Yogyakarta.
Gawai yang dia miliki tidak bisa untuk belajar daring yang sudah dijalaninya selama empat bulan terakhir.
Untuk bisa belajar dirinya harus pergi ke konter atau belajar ke rumah temannya yang harus ditempuh dengan satu jam perjalanan kaki.
Kompas.com menemui Novi di rumah yang belum selesai dipugar.
Baca juga: Nenek 70 Tahun Rela Naik Turun Bukit demi Tugas Sekolah Cucunya
Rumah seluas 4X5 meter itu baru saja dipugar program pemerintah Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).
Saat ini sedang dibangun jamban dan kamar mandi oleh relawan, karena Novi dan ibunya Mukiyem mandi di sela pohon jati yang hanya ditutup anyaman bambu satu sisi.
Untuk buang hajat pun keluarga Novi harus menumpang ke rumah tetangga.
Hari ini keberuntungan tengah menyelimuti Novi, karena baru saja diberikan gawai oleh Polres Gunungkidul.
Di tengah belajar sesekali dirinya menengok gawai yang sedang diisi dayanya, dengan wajah sumringah.
"Ini hp saya dulu," kata Novi sambil menunjukkan gawai Android seri pertama yang sudah retak kacanya Jumat (14/8/2020).
Baca juga: Cerita Siswa Belajar Daring, Dibantu Dermawan hingga Nebeng di Kafe
Selama empat bulan terakhir, Novi harus belajar daring karena pandemi.
Novi yang sudah ditinggalkan bapaknya sejak umur 2 tahun ini tak patah arang meski tidak memiliki gawai yang mumpuni.