Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tekan Anak di Bawah Umur Kecanduan Gawai dengan Menenun

Kompas.com - 21/12/2019, 23:32 WIB
Farida Farhan,
Dony Aprian

Tim Redaksi

PURWAKARTA, KOMPAS.com - Memperingati Hari Ibu pada 22 Desember 2019, anggota DPR Dedi Mulyadi mengajak anak-anak menenun sebagai bagian dari pendidikan berkarakter.

Menurut Dedi, dengan menenun diharapkan dapat menekan penggunaan gawai pada anak-anak yang belum cukup umur.

Dia mengatakan, saat ini generasi tersebut dimanjakan oleh teknologi yang mendorong sikap konsumtif, bukan produktif.

"Anak-anak yang belum cukup umur main gawai karena dimanjakan orangtua. Padahal mereka (orangtua) tak semuanya berkategori mampu. Ini memicu sikap konsumtif dan akhirnya berdampak pada kemiskinan," ujar Dedi saat Karnaval Kebaya di depan Gedung Kembar Purwakarta, Sabtu (22/12/2019).

Baca juga: Dedi Mulyadi Prihatin Kapal Pengawas di Aceh Jadul, sedangkan Milik Pencuri Ikan Canggih

Dari karnaval yang mengangkat kearifan budaya Indonesia itu, dia meminta dinas pendidikan di berbagai daerah untuk menitikberatkan pada pendidikan berkarakter, yang menekankan aspek aplikatif.

Khususnya untuk anak didik Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

"Fesyen juga bagian pendidikan karakter untuk perempuan. Memulai kembali mengajarkan anak-anak menenun, menyulam, merenda dan mempola," kata Dedi.

Anak-anak, kata Dedi, diajarkan tak hanya sekadar memakai baju, melainkan diajarkan untuk menciptakan kain, baik dengan menenun, menyulam, maupun merenda, membuat desain hingga menjahit.

Dedi menyebut, dengan menenun, merenda, menyulam dan mempola, secara tidak langsung juga mengajarkan kesabaran, ketekunan dan ketelitian.

"Ini secara tidak langsung mencetak watak, jatidiri wanita Indonesia," katanya.

Baca juga: Dedi Mulyadi: Usut Pelaku Penyelundupan Benih Lobster

Jika tradisi tersebut dibangun oleh guru sejak dini, kata dia, sangat mungkin ke depan, anak Indonesia memiliki kemampuan di bidang fesyen.

Terlebih, lanjutnya, Indonesia mempunyai keanakeragaman budaya.

"Bahkan bukan tidak mungkin menjadi kota mode," katanya.

Dedi juga meminta masyarakat membedakan antara pendidikan dan eksploitasi anak.

Mantan bupati Purwakarta itu mencontohkan, saat sewaktu kecil ia mencari kayu bakar, mencari rumput untuk pakan hingga memanggul batu bata untuk sekadar mencari tambahan uang jajan.

"Orangtua saya melarang, tapi saya ingin mencari uang sendiri. Itu pendidikan, dan itu menciptakan orang-orang sukses," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com