Prosesi penguburan buaya dilakukan dengan prosesi adat, yakni mengubur kepala dan bagian tubuh di tempat yang berbeda.
Selain masalah kerajaan, masyarakat juga meyakini bahwa buaya adalah titisan siluman.
Bangkai buaya pun dikubur di tempat terpisah antara kepala dan tubuhnya.
"Ada pawang yang mengiringi penguburan dengan ritual, karena buaya itu telah mengganggu manusia. Jadi dianggap sudah menyalahi kodratnya," kata Junaidi, sekretaris desa setempat.
Cara ini dilakukan karena masyarakat khawatir buaya tersebut bisa hidup kembali.
Baca juga: [POPULER NUSANTARA] Detik-detik Tubuh Ibu Rumah Tangga Diseret Buaya | Kabar Baik Vaksin Covid-19
Jika buaya berpindah dari satu lubuk ke lubuk lain maka buaya harus bertarung dengan puaka yang tinggal di lubuk itu.
"Buaya-buaya yang kalah bertarung inilah yang biasanya membuat onar terhadap manusia yang kehalen (berbuat kesalahan dengan melanggar pantang larang)," kata dia.
Terkait kasus tersebut, Elvian menjelaskan bahwa buaya itu muncul karena ulah manusia.
Jika gangguan sudah melibatkan kepentingan semua warga kampung maka harus diadakan upacara taber sungai.
Sedangkan untuk menangkal gangguan buaya, masyarakat meyakini dapat dicegah dengan ritual atau upacara.
Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Pangkalpinang, Heru Dahnur | Editor : Abba Gabrillin)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.