Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seumuleung Tradisi Menyuapi Sang Raja Baru di Aceh, Digelar Sejak 500 Tahun yang Lalu

Kompas.com - 04/08/2020, 10:40 WIB
Rachmawati

Editor

'Berkah rejeki dan kesehatan'

Usai upacara dan tradisi Seumuleung, sang Raja yang menggunakan kemeja kuning berlengan panjang, lengkap dengan topi bermotif Aceh turun dari balai acara, ditemani dua orang lainnya yang mengapit, di tangannya tertenteng sebilah pedang bersarung.

Perlahan ketiganya berjalan menaiki anak tangga untuk berziarah ke komplek makam Sulthan Alaiddin Riayat Syah.

Di komplek makam yang berada di atas bukit, sehelai bendera berwarna merah yang mulai memudar terlukis bulan dan pedang.

Bendera inilah yang dulunya digunakan dalam masa kejayaan Kesultanan Aceh yang terkenal se-Asia Tenggara karena keberhasilan dalam memerangi musuh-musuhnya.

Baca juga: Melestarikan Tradisi Lewat Bisnis Susu Kuda Liar Khas Bima

Raja Saifullah, membasuh muka dan mencuci kepala dengan air, ketika hendak memasuki area makam untuk berdoa. Setiap pelayat yang hendak masuk ke dalam area makam pun diharuskan untuk berwudu.

Dalam kompleks ini terdapat 10 makam, setiap batu nisan dari makam tersebut diikat dengan kain putih, sementara tanah sudah ditutupi dengan batu koral putih.

Di area makam ini banyak pelayat sengaja membawa bayi mereka untuk dimandikan karena air tersebut dipercaya bisa memberi kesehatan.

Baca juga: Lebak Batal Laksanakan Tradisi Seba Baduy

Warga Aceh Jaya, Fajri, mengatakan sudah beberapa kali datang ke tempat ini ketika lebaran Idul Adha untuk berziarah ke makam.

Selain itu, melepas nazar anak karena sakit dan ingin memandikannya dengan air kuali tanah di tempat ziarah.

"Sudah menjadi dan tradisi kepercayaan warga di sini untuk dimandikan, tergantung juga dengan nazar masing - masing warga di sini. Kalau saya, ibunya yang bernazar ingin anak sembuh dengan dimandikan di tempat Poteu Meureuhom," kata Fajri.

Menanggapi kepercayaan masyarakat tersebut, Raja Saifullah mengatakan, "Sebenarnya kalau kita memaknai ini sungguh sakral acara Seumuleung karena kepercayaan masyarakat Daya (Aceh Jaya), nasi sisa dari yang disuapkan kepada saya akan direbut oleh pengunjung karena keparcayaan mendapatkan rezeki dan kesehatan."

Baca juga: Lebaran Ketupat, Tradisi Masyarakat Jawa

Raja Aceh pada masa kini

BBC Indonesia/Teuku Minjar NurlizaiHidayatullah/BBC Indonesia BBC Indonesia/Teuku Minjar Nurlizai
Raja Saifullah dilantik pada tahun 2005 bersama dengan seluruh anggota yang terlibat dalam upacara adat tersebut.

Di antara mereka adalah yang terlibat secara turun-temurun bertugas dalam upacara adat sebagai dayang-dayang, menyuapi raja, dan beberapa orang lainnya dengan tugas masing- masing.

"Pada tahun 2005 kami semua membenahi kembali peninggalan, di samping kanan saya generasi bapak saya Tengku Jubir yang bertanggung jawab turun temurun menyuapi raja, di sebelah kiri juga generasi bapak saya Tengku Zainun, beliau turun-temurun diwajibkan menjadi pendingin atau pengipas para raja," jelas Raja Saifullah.

Dalam keseharian, mereka bekerja layaknya warga Aceh lainnya.

Baca juga: Walau Pandemi, Tradisi Meriam Karbit di Pidie Tetap Digelar dan Dihadiri Ratusan Orang

Rata-rata berprofesi sebagai nelayan, petani, dan peternak.

Sedangkan Raja Saifullah sempat memiliki usaha rental mobil serta pelatihan mengemudi dan kini menjadi kontraktor.

Hubungan raja dengan pemerintahan daerah biasanya tercermin pula dalam kehadiran perwakilan Pemprov dalam acara adat.

"Agenda upacara adat tahun-tahun lalu kita lihat lebih meriah, jadi kenapa sekarang tidak meriah, karena kita mengingat peraturan pemerintah juga menghindari dari musibah Covid-19 yang melanda seluruh dunia," jelas Saifullah.

Baca juga: Warga Desa yang Tetap Lakukan Tradisi Berbagi Gula Didenda Rp 200.000, Ini Alasannya

Di penghujung, Saifullah mengatakan biasanya mereka mendapatkan bantuan dana sebesar Rp 150 juta dari pemerintah setempat, sehingga bisa mengundang seluruh keturunan raja di Aceh.

"Tahun ini tidak ada support anggaran dari pemerintah, karena sudah digunakan untuk penanganan Covid-19, tapi marilah kita gerakkan upacara adat ini termasuk menjadi ikon wisata dan menjadi tonggak hidupnya ekonomi Aceh," tutup Saifullah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com