KOMPAS.com - Selama pandemi Covid-19, ribuah mahasiswa Yogyakarta yang berasal dari luar daerah memilih pulang kampung. Akibatnya, Yogyakarta kehilangan potensi uang yang berputar hingga Rp 27 miliar per hari.
Hal tersebut disampaikan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Indonesia wilayah Yogyakarta Prof Fathul Wahid dilansir dari VOA Indonesia.
Fathul Wahid, yang juga Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) menjadi pembicara dalam diskusi daring Persiapan Kebiasaan Baru pada Perguruan Tinggi di DIY.
Baca juga: Viral, Foto Mahasiswa Ikut Wisuda Online Sambil Duduk di Pelaminan, Ini Ceritanya
Diskusi pada Rabu (22/7/2020) diselenggarakan Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ia menyebut saat ini di Yogyakarta ada sekitar 130 perguruan tinggi negeri dan swasta. Survei Bank Indonesia Perwakilan Yogyakarta menyebut, tahun ini ada 357 ribu lebih mahasiswa diploma dan sarjana di Yogyakarta.
Dari jumlah itu, sekitar 274 ribu mahasiswa berasal dari luar daerah.
Baca juga: Ini Tips dan Keuntungan Mahasiswa Jadi Pekerja Lepas
Saat mereka pulang kampung, otomatis tak ada lagi pengiriman uang dari orangtua ke mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan hidup di Yogyakarta.
“Jadi sekarang di DIY itu, dari sumber mahasiswa saja, diploma dan sarjana, ada potensi uang beredar yang berkurang sampai Rp 833 miliar perbulan. Atau kalau kita bagi 30, sekitar Rp 27 miliar perhari. Bisa dibayangkan, seberapa signifikan terhadap perputaran roda ekonomi lokal,” kata Wahid.
Ia menyebut seorang mahasiswa bisa membelanjakan Rp 1 juta untuk makan dan minum, Rp 400.0000 untuk pondokan, dan Rp 700.000 untuk rekreasi, hiburan, serta gaya hidup.
Menurut data dari Bank Indonesia, belanja kebutuhan mahasiswa selama satu bulan di Yogyakarta mencapai Rp 3 juta
Baca juga: Epidemiolog UGM : Jenazah Penderita Covid-19 Tidak Perlu Dibakar
Ia menyebut sebelum pandemi pengelola perguruan tinggi hanya fokus pada dua hal yakni menjaga kualitas akademik dan menjaga keberlangsungan organisasi termasuk kesehatan finansial mereka.
Namun gara-gara pandemi, dua fokus utama itu turun prioritasnya.
Saat ini yang paling penting Bagi perguruan tinggi adalah keselamatan jiwa dan keberlangsungan akademik.
Bagaimanapun kuliah harus dilangsungkan, sementara kualitasnya menjadi prioritas lebih rendah.
Baca juga: Borong 4 Penghargaan Internasional, Ini Cita-cita Tim Mobil Listrik UGM