Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Kematian Anak di Indonesia karena Covid-19, Tak ada Biaya hingga Ditolak karena RS Penuh

Kompas.com - 03/07/2020, 14:15 WIB
Rachmawati

Editor

'Komorbid berbeda'

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dokter Aman Bhakti mengatakan kematian anak di Indonesia, yang disebutnya salah satu yang tertinggi di dunia, disebabkan faktor yang kompleks.

Salah satunya adalah komorbiditas di Indonesia yang berbeda.

"Kesehatan anak kita tidak baik. Ada gizi buruk, pneumonia tinggi, diare, anemia, demam berdarah," ujar Aman.

Dalam paparannya dengan anggota DPR akhir Juni 2020 lalu, Aman menjelaskan penyebab kematian nomor satu dan dua pada anak-anak Indonesia adalah pneumonia dan diare.

Baca juga: 86 Anak Positif Covid-19, Pemprov NTB: Orangtua Tetap Saja Mengajak Keluar Rumah

Ia menjabarkan pula prevalansi stunting di Indonesia yang berkisar di angka 30 persen juga kurang gizi dan malnutrisi parah sebesar 18 persen (data 2018).

"Kombinasi dua ini, ketika kelompok anak ini terinfeksi Covid, tentu daya tubuh mereka kurang baik. [Kalau] lebih parah, kalau terlambat tentu akan meninggal," ujarnya.

Faktor lain yang disebutkan Aman adalah keterlambatan pelayanan.

Dari data IDAI, sejumlah dokter tak dapat kesempatan cukup merawat anak-anak dengan Covid-19 itu.

"Ada yang tidak sampai 24 jam, tidak sampai 48 jam, tidak sampai 72 jam. Jadi ada keterlambatan mereka dirujuk," katanya.

Baca juga: Kasus Anak Positif Covid-19 di NTB Didominasi Bayi dan Balita

Selain itu, Aman menyebutkan pengaruh ketidaksamarataan pelayanan di berbagai daerah yang memicu kematian anak dengan Covid.

Aman mengatakan dalam waktu dekat, pemerintah perlu menggencarkan penelusuran (tracing) kasus dan pengetesan pada anak.

"Pakai PCR, jangan pakai rapid tests. Tidak sempat kita menolong anak [dengan rapid test]," ujarnya.

Setiap kasus kematian anak juga perlu dianalisis, kata Aman, karena ia mengestimasi masa pandemi Covid-19 masih akan berlangsung dalam waktu cukup lama.

Baca juga: 43 Anak Positif Covid-19 di NTB, Terbanyak Kedua Setelah Jawa Timur

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com