Ia memanfaatkan uang untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari dan jajan. “Untuk kebutuhan rumah, panganan, jajan, paling opo, mie ayam,” kata Partiyem.
Dukuh (kepala dusun) Gunung Rawas, Sukarni menceritakan, kebiasaan menyapu sejatinya sudah ditunjukkan Partiyem sebelum jalan layang itu ada. Ia sering ditemui menyapu jalanan kampung pedukuhan sekitar rumahnya.
Lama-lama, Partiyem juga menyapu di jalanan dekat makam yang berada di samping jembatan. Setelah jalan itu jadi, ia menyapu di sana.
“Tidak hanya itu, dia selalu mematikan dan menghidupkan lampu untuk jalanan kampung ini,” kata Sukarni.
Begitulah Partiyem. Sekalipun dia nenek dengan cucu tujuh orang, semangat bekerja tidak pupus.
Di tengah hiruk pikuk jalanan Sentolo, wanita setengah baya ini mengaku ingin terus bekerja walau imbalan bukan tujuan utama. Selagi punya pekerjaan, ia selalu berdoa agar beroleh karunia fisik yang sehat seiring bertambah usia dan kejamnya cuaca.
“Sering sakit kepala karena (cuaca) panas,” kata Partiyem.
Partiyem menyapu jalanan 120x7 meter itu seorang diri. Pergi tengah hari pulang menjelang magrib. Tidak pernah berhenti, kecuali hari libur dan Minggu. Bekerja rupanya kebahagiaan hidupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.