Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nenek 7 Cucu Sukarela Sapu Flyover Tanpa Imbalan, Sering Sakit Kepala karena Cuaca Panas

Kompas.com - 29/06/2020, 07:06 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi

 

KULON PROGO, KOMPAS.com – Panas menyengat di hari siang sehabis adzan tengah hari.

Menahan terik, seorang perempuan tampak berlindung di bawah capingnya sambil menyapu aspal jalan layang yang masuk dalam wilayah Pedukuhan Kalibondol, Kalurahan Sentolo, Kapanewon (kecamatan) Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ia diam sambil terus bekerja, seolah tenggelam dalam lamunan.

Prioritasnya mengumpulkan sedikit demi sedikit sampah bertebaran di jalan layang itu, lantas dimasukkan ke keranjang bambu anyam. 

Baca juga: Sepeda 38 Tahun untuk Jual Sayur Hilang, Mbah Mblok Diberi Sepeda yang Nyaris Serupa

Hampir semuanya berupa daun kering karena di kanan kiri luar jalan layang itu banyak tumbuh pohon tinggi. Gugur daunnya sedikit banyak memenuhi jalan aspal.

Namun, ada juga puntung rokok dan beberapa bungkus makanan buangan orang lewat. 

Warga Kulon Progo menyebutnya sebagai Jembatan Ngelo. Jembatan itu dibangun Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dengan dana Rp 16 miliar.

Ini bagian dari upaya mengatasi kepadatan arus lalu lintas di depan Pasar Sentolo lama yang berada di samping perlintasan sebidang jalur kereta api.

Maka, dihubungkanlah jalan dari Pasar Sentolo lama itu dengan Simpang Empat Ngelo. Kelar seutuhnya pada 2016, lantas dimanfaatkan. Tak heran kalau jalan ini padat kendaraan besar.

Konstruksinya beton. Dari ujung ke ujung flyover sejauh 120 meter dengan lebar tujuh meter. Jalannya menikung dengan dua jalur. Berdiri di atas, tampak pemandangan lintasan ganda kereta api. 

Sepanjang flyover itulah perempuan ini menyapu. Warga sekitar jembatan mengenal dia sebagai Partiyem (57 tahun).

Ia penduduk yang tinggal tidak jauh dari jalan layang, tepatnya di Pedukuhan Gunung Rawas.

Partiyem mulai menyapu jalan itu sejak 2017. Partiyem tidak pernah absen menyapu.

Senjatanya cuma sapu lidi bertangkai. Tidak lupa pakai caping, bawa bekal setidaknya sebotol air putih. 

Pun sedhasa sapu. Kulo padhos rezeki. Nggolek rezeki sing khalal. (Sudah habis 10 sapu. Saya mencari rezeki, mencari rezeki halal),” kata Partiyem.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com