Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nenek 7 Cucu Sukarela Sapu Flyover Tanpa Imbalan, Sering Sakit Kepala karena Cuaca Panas

Kompas.com - 29/06/2020, 07:06 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi

“(Jalanan) ramai. Saya berdoa saja (supaya selamat).  Kadang minggir (kalau ramai kendaraan),” katanya. 

Tiap hari, ibu empat anak dan nenek dari tujuh cucu ini selalu berangkat dari rumah sehabis adzan siang, atau sekitar pukul 12.00 WIB. Ia jalan kaki sambil menenteng sapu lidi menuju jalan layang itu. Kira-kira 1 kilometer jauhnya. 

Sejatinya, Partiyem hidup sederhana namun tidak kekurangan bersama sang suami, Mugiyono (65). Empat anaknya sudah mandiri, dua di luar Kulon Progo, dua lagi tinggal bersama mereka di Gunung Rawas. 

Baca juga: Kisah Dokter di Makassar Sukarela Rawat Pasien Corona, Andalkan Dermawan,Tak Bisa Bayar Listrik

Penghidupan suami istri ini juga diperoleh dari usaha mandiri di rumah ukuran 6x12 meter. Mereka hidup dengan hasil  yang tidak seberapa. 

Mugiyono pencari rumput untuk satu ekor sapi miliknya. Di kandang itu, juga ada dua sai lain milik anaknya. Sapi dibesarkan dan diperanakkan untuk kemudian dijual. Mugiyono tetap selalu memsyukuri pendapatan dari menjual sapi.

“Sehari bisa dua kali cari rumput. Dari sapi bisa dapat Rp 5-6 juta kalau dijual,” kata Mugiyono.

Tak ingin hanya diam di rumah. Partiyem berniat ingin terus bekerja semasa merasa masih kuat dan sehat. Ia pun memanfaatkan waktu luang dengan bekerja, yakni menyapu jalan raya. 

Awalnya, ia minta izin warga sekitar jalan layang untuk menyapu jalan. 

Ketika itu, jalanan sebenarnya memang perlu dibersihkan. Gugur daun dari pohon-pohon besar di kanan kiri jembatan sering mengotori jalanan.

Di sana, ada pohon trembesi yang daunnya cukup banyak terserak di jalanan. Partiyem menyapu daun-daun itu.

“Saya kumpulkan ke dekat keramatan (kuburan). Setelah kering saya bakar,” katanya.

Kini, trembesi sudah ditebang. Guguran daun memang tak sebanyak dulu. Namun, Partiyem tetap menyapu sepanjang jalan itu.  

Apa yang dilakukan Partiyem atas dasar sukarela. Ia tak menyoal imbalan. Walau begitu, ada saja orang yang tersentuh atas aksi ini dan memberi uang, termasuk camilan dan bahan makanan.

Partiyem menceritakan kalau orang bermobil sering mampir dan memberi uang ala kadarnya, antara Rp 10.000-20.000, tapi sesekali ada juga yang baik hati memberi Rp 50.000. 

Lebih banyak hari tanpa ada yang memberi. Partiyem mengaku tidak mempermasalahkan itu. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com