Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Anak Penjaga Hutan Wanagama Yogya Bisa S3 ke Jepang, Sejak Kecil Dididik Prihatin

Kompas.com - 19/06/2020, 12:09 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com-Tukiyat (51) salah satu penjaga Hutan Wanagama, Kapanewon Playen, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, tak pernah bermimpi memiliki anak bisa bersekolah sampai S3 di Jepang.

Sebagai seorang aparat sipil negara (ASN) yang belum lama dilantik setelah puluhan tahun mengabdi, persoalan ekonomi menjadi masalah utama. 

Namun, hal itu bisa dipatahkan anak semata wayangnya, Sawitri, yang saat ini hampir menyelesaikan studi strata tiga atau S3 di Universitas Tsukuba Jepang dan akan selesai menjelang akhir tahun ini.

"Saya bekerja sebagai penjaga hutan Wanagama tepatnya bagian pembibitan. Saya bekerja sejak tahun 1987 dan baru diangkat CPNS tahun 2007," kata Tukiyat membuka pembicaraan melalui sambungan telepon Kamis (18/6/2020).

Baca juga: Kisah Dua Polisi Rela Terlambat Bertugas Demi Tolong Wanita Hamil Korban Kecelakaan

 

Dengan penuh bangga, Tukiyat menceritakan anaknya yang saat ini masih kuliah di Jepang.

Sejak kecil, bahkan sebelum TK, dirinya sudah mengajarkan kesederhanaan dan kedisiplinan perempuan yang kini berusia 26 tahun itu.

Sejak kecil saat ikut arisan atau kumpul dengan masyarakat di sekitar Kalurahan Banaran, selalu diajak. Saat itu selalu diarahkan untuk menghormati orang yang lebih tua. 

Memasuki TK, ia  mengantar putrinya mendaftar. Hari kedua masuk sekolah, Sawitri sudah menolak untuk diantar.

Bahkan, saat hari ketiga sempat tidak bangun, gadis kecil sempat disiram air. Sejak saat itu, Sawitri mulai biasa bangun sendiri dan berangkat ke sekolah.

Sawitri berjalan kaki kian jauh ketika dirinya bersekolah di SD Banaran 3, SMP 4 Playen, dan SMA 1 Wonosari.

"Saat SMA itu dia jalan kaki dari sini (Wanagama) sampai perempatan Gading (kurang lebih 3 km) lalu ngebis (naik bis), Kalau kuliah sudah kos," ucap Tukiyat.

"Hingga SMA itu uang sakunya untuk jajan ketika pas olah raga saja," tambah dia.  

Dia menceritakan, saat sang putri lulus SMA, sebagai seorang ASN yang berpenghasilan tak seberapa tak ada niat Tukiyat untuk menyekolahkan anaknya hingga ke pergeruan tinggi. 

Namun, Sawitri memberanikan diri berbicara ingin melanjutkan kuliah kepada ayahnya.

Tukiyat disarankan salah satu dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) yang biasa mengurusi hutan Wanagama agar Sawitri mendaftar ke UGM.

Baca juga: Kisah Satu Keluarga di Solo 5 Tahun Tinggal di Bekas Gudang Es, Tak Layak Huni dan Angker

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com