Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penilaian Menko PMK dan Menkes soal Cara Jabar Tangani Covid-19

Kompas.com - 20/06/2020, 16:08 WIB
Dendi Ramdhani,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

 

Dia pun berkomitmen membantu memfasilitasi proses pendaftaran sejumlah alat penanganan Covid-19 yang diproduksi di Jabar ke Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) agar bisa diproduksi massal.

Seperti diketahui, Jabar berhasil membuat sejumlah alat medis untuk penangnaan Covid-19.

Di antaranya, ventilator buatan PT Dirgantara Indonesia, rapid test antigen karya ITB dan Unpad, serta laboratorium kontainer buatan PT Biofarma.

"Kita harus bangga dengan produk indonesia. Saya yakin produk Indonesia sangat kompatibel dipakai di indonesia," jelasnya.

Baca juga: Pilkada 8 Daerah di Jabar Pakai Protokol AKB, Semua Petugas Harus Rapid Test

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menuturkan, kasus Covid-19 di Jawa Barat relatif terkendali dengan rata-rata 30 kasus per hari.

Menurut dia, penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dari level provinsi hingga mikro serta pengetesan masif menjadi kunci Jabar dalam menangani Covid-19 sejauh ini.

"Sudah enam pekan angka reproduksi (Rt) kita di bawah 1. Kami di Jabar selalu ilmiah dalam mengambil keputusan. Kami libatkan epidemiologis dari perguruan tinggi, ada ahli ekonomi juga," ucap Emil, sapaan akrabnya.

"Yang sembuh sudah mendekati angka kasus aktif. Di rumah sakit juga (pasien Covid-19) sudah sedikit. Dari 100 persen kapasitas ruang inap sekarang hanya 29 persen yang dipakai," sambungnya.

Baca juga: Regulasi soal Protokol Kesehatan di Pesantren Direvisi, Ini Kata Wagub Jabar

Meski demikian, Emil mengaku Jabar punya tantangan besar dalam proses transisi adaptasi kebiasaan baru (AKB).

Karena itu, dia pun memerintahkan tim dari gugus tugas untuk terus memeriksa pusat keramaian agar masyarakat tidak larut dalam euforia.

"Tantangannya, kita ini provinsi paling dekat dengan episentrum. Kami sudah buka kegiatan ekonomi, rumah ibadah dan lain-lain. Kami juga ngetes wisatawan di Puncak karena orang Jakarta sulit ditahan. Makanya kami periksa dipaksa swab, kalau ada anomali kami tutup, kalau enggak kami buka," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com