Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Garuk Sampah, Gerakan Anak Muda yang Tak Ingin Yogyakarta Penuh Sampah Visual

Kompas.com - 17/06/2020, 06:56 WIB
Wijaya Kusuma,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Setiap membersihkan tali-tali yang terikat di tiang Garuk Sampah tetap mengutamakan keselamatan karena lokasinya juga berada di ketinggian.

"Kita pakai helm, terus webbing yang diikatkan ke tubuh, kemudian masker. Untuk memotong tali pakai Kampak, karena tebal kalau pakai pisau capek," tuturnya.

Tak jarang kegiatan membersihkan tali-tali bekas spanduk dan spanduk iklan ini harus bersitegang dengan para pemasang iklan.

Baca juga: Setiap Hari, 5 Ton Sampah Diangkut Petugas Kebersihan dari Teluk Ambon

Alhasil, harus dijelaskan terkait aturan yang ada mengenai pemasangan iklan.

"Terus kita jelaskan juga tentang etika pariwara," ungkapnya.

Berbeda hal ketika bertemu dengan anak-anak muda yang memasang iklan acara atau kegiatan.

Bahkan pernah saat menegur agar mereka tidak memasang iklan sembarangan justru direspons dengan lemparan batu.

"Tapi kalau yang anak-anak sekolah, atau kuliahan itu mereka lebih seram, bahkan main tangan. Saya pernah dipukuli, pernah dilempar batu gara-gara menegur mereka memasang iklan disitu," ucapnya.

Baca juga: Jual Rokok Berisi Sampah, Pemuda di Jambi Babak Belur Dihajar Warga

Sampah yang diambil, kemudian dipisah-pisahkan sesuai jenisnya. Sampah yang bisa dijual kemudian diberikan kepada para pemulung.

"Karena kita enggak ada hak di situ. Jangan sampai kegiatan ini mematikan rejeki mereka. Yang tidak bisa dijual kita serahkan ke misal DLH Kota atau DLH Sleman atau dibuang ke tempat penampungan sementara," ucapnya.

Namun untuk sampah seperti banner diserahkan ke Satpol PP. Ada juga warga masyarakat yang meminta untuk dimanfaatkan misalnya untuk kandang ayam.

Sedangkan untuk kegiatan membersihkan tali di tiang-tiang, dalam sekali jalan bisa lebih 20 kilogram tali. Jenisnya tali tambang plastik yang biasa digunakan untuk mengikat spanduk.

"Ada warga yang minta untuk tali jemuran, untuk mengikat ternak mereka ya kita berikan. Rencananya kita besok akan membikin karya semacam monumental yang nanti bisa dipasang di kawasan publik yang ramai, tapi ini masih rencana," jelas Bekti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com