Sebelum pandemi Covid-19, hari-hari Maria biasanya disibukkan oleh bisnisnya menyewakan peralatan untuk pesta, seperti kursi juga tenda.
Namun, tiga bulan belakangan ini, setelah pemerintah menetapkan aturan pembatasan sosial, otomatis usahanya tak beroperasi.
Baca juga: Warga Tergeletak dengan Luka Tembak di Jalan Tambang Area PT Freeport Papua
Tanpa kesibukan seperti biasa, Maria menyibukkan diri di pekarangan rumahnya untuk berkebun, tradisi yang disebutnya diajarkannya oleh orang tuanya.
Baginya berkebun membantunya menghemat di tengah masa sulit tanpa pemasukan.
"Ada sayur, uang bisa kami belanjakan yang lain," ujarnya.
Meski keadaannya sulit, Maria mengatakan ia mencoba mengambil hikmah dari pandemi ini.
Baca juga: Penyerangan Pos Polisi Paniai, Kapolda Papua Sebut karena Kelalaian Anggota
"Virus corona ini berbahaya tapi ada sisi positifnya... Jadi ada waktu bercocok tanam kembali. Dengan ada begini, kita sama-sama melihat ke belakang, ke kebiasaan orang tua dulu."
"Saya belajar dari mereka. Karena keadaan sekarang, saya termotivasi, 'harus tanam, harus tanam'," ujarnya.
Sejumlah kelompok masyarakat, seperti Papua Chef Jungle di Papua serta Bentara Papua yang bermarkas di Manokwari, Papua Barat, juga melakukan pembagian bibit pada masyarakat untuk memotivasi mereka berkebun.
Baca juga: Kapolda Papua: Hubungan Pelaku Penyerangan dan Polisi di Pos Baik-baik Saja
Charles Toto, pegiat pangan lokal Papua mengatakan, mengatakan pandemi ini bisa menjadi momentum bagi warga untuk kembali pada tradisi berkebun.
"Sudah saatnya kita kembali ke kebiasan nenek moyang kita; kebiasan konsumsi, kebiasaan pangan, dan kembali ke tanaman-tanaman," ujarnya.
"Kita juga pikirkan ke depan untuk mengolah apa yang ada di tanah kita supaya kita tidak kekurangan makanan."
Baca juga: Pertama dalam 60 Tahun, Dusun Saluseba di Luwu Utara Mandiri Pangan
Agus Sumule, dosen Fakultas Pertanian Universitas Papua di Manokwari mengatakan, sebanyak 51% warga di Papua dan 75% di Papua Barat menggantungkan hidup pada bahan pangan yang datang dari luar tanah Papua, khususnya beras.
Jika ada gangguan logistik pangan akibat pandemi, menurut perhitungan Agus Sumule, sekitar 2,4 juta masyarakat di kedua provinsi itu "terancam kelaparan".
Baca juga: Percepat Penyaluran, 9 Daerah Tanda Tangani MoU Bantuan Pangan JPS dengan Pemprov Jatim
Maka, ujar Agus, menanam adalah salah satu cara mengantisipasi kelaparan dan kesulitan pangan.
"Saya katakan, jangan tunda, harus segera menanam," ujarnya.
"Di lingkup nasional, kita dianggap bukan daerah yang punya ketahanan yang baik karena ketergantungan makanan dari luar. Maka dalam pandemi ini, kondisi ketahanan pangan sangat rawan," ujar Agus.
Baca juga: Kapal Yacht Dibegal di Perairan Lampung, Pemilik Kelaparan dan Uang 700 Dollar Raib
Di akhir April, defisit beras di tujuh wilayah, sempat diumumkan oleh Presiden Joko Widodo.
Salah satu wilayah itu adalah Papua Barat, sebagaimana diumumkan oleh Bulog kemudian, meski di pertengahan Mei, pemerintah mengklaim telah memenuhi stok beras di daerah itu.