Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Para Penjual Wingko Babat dan Lumpia Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19

Kompas.com - 27/05/2020, 11:42 WIB
Riska Farasonalia,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga menyasar ke sektor perekonomian masyarakat, salah satunya di Kota Semarang.

Belum lagi penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) yang menyebabkan sebagian besar pedagang kaki lima (PKL) di Kota Semarang mengalami kerugian.

Pantauan Kompas.com, pusat perbelanjaan oleh-oleh khas Kota Semarang di sepanjang Jalan Pandanaran tampak sepi pengunjung, Selasa (26/5/2020).

Baca juga: Detik-detik Balon Udara Raksasa Jatuh di Kawasan Bandara Ahmad Yani Semarang, Ini Videonya

Padahal, di tahun-tahun sebelumnya, pusat oleh-oleh terbesar di Kota Semarang itu selalu dipadati pengunjung atau wisatawan dari berbagai kota saat libur Lebaran hingga memasuki satu Syawal.

Namun, kini parkiran tampak sepi. Ini berbeda dengan tahun lalu di mana area parkir selalu penuh kendaraan pengunjung.

Keramaian kerapkali menyebabkan kemacetan di sepanjang Jalan Pandanaran karena pengunjung membludak.

Salah satu penjual Wingko Babat, Win (55) mengeluhkan Lebaran kali ini dagangannya sepi pembeli. Tentu saja karena wabah Covid-19.

Pengunjung yang datang rata-rata berasal dari lokal Semarang dan bisa dihitung dengan jari.

"Sepi sekali ini enggak ada pembeli. Mungkin karena ada larangan bepergian ke luar kota, jadi enggak banyak pengunjung. Biasanya membludak kalau pas musim libur Lebaran. Ini yang beli juga lokal semua," ujar Win saat berbincang dengan Kompas.com.

Win baru membuka tokonya pada Sabtu (23/5/2020), setelah dua bulan terakhir tidak menjajakan dagangan.

Baca juga: Jadi Klaster Baru Penularan Covid-19, Pasar Kobong Semarang Ditutup Sementara

Seperti diketahui, sejak diberlakukan PKM, jam operasional pedagang di wilayah itu juga diatur.

"Sekarang jualannya dibatasi cuma sampai jam 20.00-21.00 WIB. Kadang jam 18.00 sore udah tutup. Berkurangnya jauh sekali. Kalau sepi ya langsung saya tutup," jelas warga asal Telogosari ini.

Di hari-hari sebelumnya, Win bisa menjual 25 sampai 50 keranjang Wingko Babat aneka rasa seharga Rp 20.000 per keranjang.

Namun, saat pandemi, dalam sehari hanya 3 sampai 5 keranjang yang mampu dijual.

"Semoga pandemi cepat berakhir supaya penghasilan bisa kembali normal," ujar Win yang sudah berjualan sejak tahun 1991.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com