Selain yang bekerja di Yogyakarta, anak dan cucu Sumarni juga ada yang berada di negeri seberang dan tidak bisa pulang kampung.
"Ingin pulang, kemarin saja sempat nangis. Mau enggak mau di sini ya dijalanin, daripada di sana (rumah) jadi bahan pembicaraan tetangga. Baru sampai rumah saja disuruh langsung dibawa (ke GOR), ya sudah ngikut saja aturan pemerintah," kata Sumarni.
Baca juga: Takut Disuruh Putar Balik, Mobil Pemudik Nekat Terobos Pos Pemeriksaan di Garut
Cerita senada disampaikan Sodik (54) asal Desa Cikembulan, Kecamatan Pekuncen.
Pekerja di salah satu bengkel di Jakarta ini mengaku, di Hari Raya ini belum ketemu anggota keluarganya.
"Biasanya setiap tahun pasti kumpul dengan keluarga, tapi dengan adanya pandemi ini saya Lebaran di GOR. Tapi, ada hikmahnya juga karena mengikuti aturan pemerintah. Tentu sedih, bahkan sampai sekarang belum ketemu anak istri, karena dari Jakarta langsung ke sini," ujar Sodik.
Untuk mengobati rindu, tidak sedikit peserta karantina melakukan video call dengan keluarga. Salah satunya Sunardi asal Desa Kebanggan, Kecamatan Sumbang.
"Yang agak kurang karena kita sendiri tidak bisa berkumpul dengan keluarga, tapi sudah video call tadi. Untuk keluarga, anak dan istri, maafkan bapak ya enggak bisa langsung pulang ke rumah," kata bapak dengan tiga orang anak ini.
Berbeda dengan peserta karantina yang lain, Sutomo warga Desa Kaliori, Kecamatan Kalibagor, sedikit beruntung.
Pemudik dari Jakarta ini dapat berjumpa dengan anak istri, meski terpisah barikade pagar pembatas dari besi.