Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Guru Honorer di Tengah Wabah, Datangi Rumah Setiap Siswa hingga Jadi Penambal Ban

Kompas.com - 02/05/2020, 16:44 WIB
Iqbal Fahmi,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

 

Meskipun bertatap muka secara langsung, tapi Sigit tetap mematuhi protokol kesehatan. Mulai dari menjaga jarak hingga memakai masker ketika proses pembelajaran.

“Pasti saya selingi dengan pengetahuan tentang virus corona, praktik bagaimana cuci tangan yang benar. Secara naluriah, anak-anak itu lebih aware (waspada) jika diajar oleh guru mereka daripada yang lain,” terangnya.

Bagi Sigit, profesi guru merupakan panggilan hati.

Meskipun sebagai guru honorer ber-SK bupati, gajinya hanya Rp 750.000 per bulan, hal itu bukan menjadi alasan bagi Sigit untuk berhenti mengajar.

“Gaji segitu untuk operasional mengajar setiap hari jelas tidak cukup, saya biasa cari penghasilan tambahan dari jualan online, pembawa acara pernikahan sampai bikin film pendek bareng teman,” ujarnya.

Meskipun ada inisiatif dari wali murid untuk swadaya mengumpulkan iuran sebagai kompensasi, tapi Sigit tak pernah mau menerima.

Bagi Sigit, apa yang dia lakukan saat ini merupakan kewajiban dan konsekuensi sebagai seorang pendidik.

“Saya sudah bertekad untuk menjadi pendidik, selagi saya sehat saya akan terus mengabdi, semangat saya sekarang hanya siswa-siswa, mereka kangen sama pak guru,” pungkasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com