Deputi Direktur Aida, Laode Arham, mengatakan jika pelaku merupakan cermin kekerasan bom di tanah air.
Sedangkan para korban mencerminkan dampak kekerasan dan kebrutalan aksi bom dan kekerasan terorisme.
"Dua kutub yang berlawanan. Selama ini tak pernah bertemu. Pertemuan menjadi ruang kemanusiaan, memperbaiki jaringan kemanusiaan yang rusak," ujarnya.
Pertemuan antara korban dan pelaku penting untuk saling memaafkan. Bertujuan untuk merekatkan kembali tali kebangsaan, kemanusiaan dan hubungan sesama anak bangsa yang rusak dan terkoyak karena aksi kekerasan.
Baca juga: Cerita Garin Anak Korban Bom Bali I, Lihat Jenazah Ayahnya Hangus dan Memilih Mengurung Diri
Setelah saling memaafkan korban merasa lebih sehat. Sedangkan mantan pelaku lebih percaya diri, dan memberi energi positif atas pilihannya. Dari pilihan ideologis menjadi rasional.
Aida membutuhkan waktu setahun lebih untuk mendekati korban maupun bekas napi terorisme.
Bagi pelaku teror, dipantau mulai bertaubat, kesetiaan terhadap NKRI, proses sosial dan kebatinannya.
"Proses integrasi sosialnya panjang," kata Laode. Sedangkan para korban juga mengalami yang sama.
Tingkat penerimaannya berbeda ketika bertemu mantan pelaku. Kadang meski mengaku ikhlas memberi maaf, tapi tak kuasa bertatap muka.
Baca juga: Saat Garil Anak Korban Bom Bali I Bertemu Ali Imron Pelaku Pengeboman
"Ada yang cepat dan ada yang lama. Butuh waktu agar satu frekuensi untuk merekatkan hubungan antar manusia," ujarnya.
Seorang korban butuh waktu empat hingga lima kali dari pertama bertemu. Saat bertemu disediakan psikolog untuk mendampingi dan membantu menghapus trauma.
Seperti pertemuan antara keluarga korban bom Kuningan, Jakarta dengan adik Amrozi, Ali Fauzi Manzi pada 2013 dan 2014.
"Awalnya posisinya duduk berdampingan, beruntung korban bisa menahan diri. Lantas mengambil posisi menjauh," katanya.
Baca juga: Berdialog dengan Eks Napi Teroris Bom Bali I, Ganjar: Nyesal Enggak Berbuat Jahat?
"Ali Fauzi dihakimi. Selanjutnya, malam hari mereka saling curhat menyampaikan semua keluh kesah. Usai curhat, mereka menangis dan berpelukan."
"Kini, mereka mengaku telah bertemu the new brotherhood," ujarnya.
Korban bom Bali 1 Niluh Erni bercerita ketika ke Lamongan, Jawa Timur, pasti mampir ke rumah Ali Fauzi.
Sebaliknya Ali Fauzi jika ke Bali bertemu dengan para korban. Sehingga mereka sudah layaknya saudara dan keluarga.
Baca juga: Terpidana Bom Bali Umar Patek Diusulkan Dapat Pembebasan Bersyarat
"Masih banyak yang belum satu frekuensi. Tak mudah. Tak semua siap," katanya. Kedua belah pihak harus terbuka dan memaafkan dari hati yang terdalam.
Kini sebanyak lima orang bekas narapidana terorisme dan 40 orang korban dan keluarga korban bergabung dalam tim perdamaian Aida. Jumlah mereka, kata Laode, sedikit jika dibanding jumlah korban yang mencapai ribuan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.