Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

'Mereka Menuduh Kami Lebih Kafir dari Polisi', Kata Adik Trio Bom Bali I Soal Perangnya Melawan Radikalisasi

Kompas.com - 22/02/2020, 05:10 WIB
Pythag Kurniati

Editor

 

Ali Fauzi menyebut pertemuan dengan korban terorisme merupakan salah satu hal yang "menghancurkan keegoisannya" dan "membuka hatinya" setelah melihat sendiri begitu besar dan tragisnya dampak serangan teror terhadap korban dan keluarga.

"Ada kata-kata seperti petir. Meski kaki saya buntung, saya memaafkan mas Ali dan kawan-kawan. Saya Islam, beliau Katolik. Belum tentu kalau posisi saya seperti pak Max, saya bisa seperti itu," cerita Ali tentang pengalaman pribadi yang ia terapkan untuk mantan kombatan dan narapidana terorisme lain.

"Tumpah air mata, hancur lebur hati saya. Efek bom begitu menyakitkan, bukan luka beberapa hari, tapi terus sampai akhir hayat ... ini semakin menguatkan cita-cita untuk mengubah saya, dari duta perang menjadi duta perdamaian," tambahnya.

Ia menyebut nama Max Boon, warga Belanda yang menjadi korban bom hotel Marriott Jakarta pada Juli 2009. Ia luka parah, kehilangan dua kakinya, rusak gendang telinga dan mengalami luka bakar 70%.

Baca juga: Indonesia Peringkat Ke-35 dari 138 Negara yang Terdampak Terorisme

Perlakuan polisi terhadapnya merupakan satu hal lain yang disebut Ali Fauzi membantunya meninggalkan kekerasan.

Ali tak terlibat langsung dengan perakitan Bom Bali namun banyak memberikan pelatihan di sejumlah daerah konflik pada awal tahun 2000-an, termasuk Ambon dan Poso.

Ali mendekam selama sembilan bulan di penjara, pengalaman yang menurutnya menentukan pilihannya.

"Saya diperlakukan sangat manusiawi, andaikata polisi menyiksa saya, mungkin tujuh turunan akan menabuh perang dengan pemerintah Indonesia," cerita Ali setelah ia ditahan bersama puluhan anggota Jemaah Islamiyah lain di Malaysia.

"Dulu ketemu polisi saya ucapkan Innalilahi karena begitu benci, karena ajaran kebencian diajarkan mereka adalah togut atau setan, tapi fakta di lapangan berbeda."

Baca juga: PPATK Telusuri Pendanaan Terorisme secara Digital

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com