Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

'Mereka Menuduh Kami Lebih Kafir dari Polisi', Kata Adik Trio Bom Bali I Soal Perangnya Melawan Radikalisasi

Kompas.com - 22/02/2020, 05:10 WIB
Pythag Kurniati

Editor

 

Ancaman terbesar dari mantan kawan

Pengalaman pribadinya dalam meninggalkan kekerasan, ia terapkan sejak 2016 melalui Lingkar Perdamaian, dengan mulai merangkul para mantan napiter ketika mereka masih dalam penjara.

"Fakta di lapangan menunjukkan, merekrut teroris jauh lebih mudah. Ada banyak yang mau bergabung dengan kelompok teror ini. sementara deradikalisi butuh waktu lama, menyembuhkan dari suatu penyakit tidak instan, tahap demi tahap," kata Ali.

Ancaman terbesar, katanya, justru dari mantan teman di Jemaah Islamiyah, kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaida, dan juga dari kelompok radikal lain yang aktif saat ini.

"Tentu ancaman yang paling kuat adalah ancaman yang bersumber dari mantan kawan-kawan saya, yang benci dengan perubahan yang ada di diri saya. Dulu saya menyuarakan peperangan, tapi mengapa saya menyuarakan perdamaian. Itu bagian dari tantangan, saya tidak akan mundur ke belakang."

Baca juga: Polisi Selidiki Aliran Dana Jaringan Teror Bom Bunuh Diri di Mapolrestabes Medan

Perang antara "dakwah radikalisasi dan deradikalisasi'

"Ini peperangan antara kelompok yang menyuarakan, yang mendakwahkan radikalisasi dengan kelompok yang mendakwahkan deradikalisasi," kata Ali lagi.

Langkah deradikalisasi yang dijalankan dimulai dari penjara dengan mendekati narapidana terorisme, khususnya yang akan segera dibebaskan.

"Mereka menuduh kami lebih kafir dari polisi, Ali Fauzi lebih kafir dari polisi, tapi pertemuan pertama, kedua ketiga mulai cair. Pemikiran orang bisa berubah tergantung pada proses pendekatan."

"Saya datang ke lapas, setelah di dalam, keluar dari lapas dan kita jemput, kami ajak sekitar delapan napiter untuk ikut jemput, ada kebersamaan, begitu bertemu bisa bernostalgia sampai diantar ke rumah orang tua," tambahnya.

Namun ia mengakui "ideologi kebencian terhadap pemerintah, terhadap polisi yang sulit dikikis dan perlu waktu … ada kajian rahmatan lil alamin, jalan terang supaya mau meninggalkan pemikiran destruktif".

Selain melunakkan ideologi keras, tantangan berikutnya adalah "ekonomi", urusan mencari pekerjaan atau memulai usaha bagi para mantan napiter untuk kembali memulai hidup.

Baca juga: Ahli yang Otopsi Balita Tanpa Kepala Pernah Tangani Bom Bali hingga Pesawat Jatuh di Rusia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com