Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Kasus DBD di Sejumlah Daerah, Sikka Berstatus KLB hingga Ikan Cupang Disebar di Tasikmalaya

Kompas.com - 14/02/2020, 06:30 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Kasus Demam Berdarah Denguue (DBD) menyebar dan memakan korban di sejumlah daerah di Indonesia.

Pemerintah Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga Tasikmalaya, Jawa Barat telah mengonfirmasi kasus DBD hingga menyebabkan warganya meninggal dunia.

Masyarakat diminta mengenali gejala awal DBD dan segera melakukan tindakan.

Gejala DBD, antara lain demam dalam rentang waktu 2 hingga 3 hari. Gejala lainnya yakni mual, muntah, sakit kepala.

Jika tak ditangani serius, DBD bisa berdampak pada kematian.

Berikut rangkuman kasus-kasus jangkitan DBD di sejumlah daerah di Indonesia yang dirangkum oleh Kompas.com:

Baca juga: DBD di Sikka Terus Bertambah, Tim dari Kemenkes Lakukan Investigasi

1. Sikka, NTT berstatus KLB DBD

Ilustrasi nyamukTacioPhilip Ilustrasi nyamuk
Pemerintah Kabupaten Sikka mencatat, empat orang warga meninggal dunia lantaran serangan DBD selama dua bulan terakhir.

Sejak Januari 2020 hingga saat ini, kasus DBD di Sikka mencapai 567 kasus.

Status Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD yang telah ditetapkan pada Januari 2020 bahkan diperpanjang.

Perpanjangan penetapan ini disebabkan karena jumlah kasus semakin meningkat, begitu pula dengan jumlah korban meninggal.

Tak hanya itu, tingginya jumlah kasus DBD di Sikka menyebabkan Tim Kementerian Kesehatan melakukan investigasi.

"Mereka (Kemenkes) turun karena kita sudah tetapkan status KLB DBD dan jumlahnya dari hari ke hari etrus bertambah," ujar Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo.

Sedangkan di seluruh Provinsi NTT tercatat 1.173 kasus DBD ditemukan hingga saat ini dengan jumlah korban meninggal sebanyak 13 orang.

Baca juga: Empat Warga Meninggal, Kabupaten Sikka Perpanjang Status KLB DBD

2. 1 Meninggal, pemerintah Tasikmalaya sebar ikan cupang

Ikan cupang selain dikenal sebagai ikan hias juga sebagai ikan petarung.KOMPAS.com/M.AGUS FAUZUL HAKIM Ikan cupang selain dikenal sebagai ikan hias juga sebagai ikan petarung.
7 Kecamatan di Tasikmalaya menjadi wilayah endemik DBD.

Kecamatan tersebut antara lain Kecamatan Tawang, Cihideung, Mangkubumi hingga Cipedes.

Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya mencatat, ada peningkatan kasus DBD hingga dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.

Pada awal tahun 2020 ini, dinas menemukan 55 kasus DBD dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak satu orang.

Peralihan musim kemarau ke hujan menjadi penyebab maraknya DBD.

"Dari kemarau ke musim hujan, banyak masyarakat tak menyadari genangan air menjadi sarang nyamuk," ungkap Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Tasikmalaya, Suryaningsih.

Dinas pun memberlakukan program satu rumah satu jumantik.

Pihak puskesmas juga diminta menyebar ikan cupang di tiap rumah.

"Ikan cupang itu memakan jentik nyamuk di bak mandi atau genangan air tiap rumah warga," katanya.

Baca juga: Hanya Diberi Obat Turun Panas, Penderita DBD di Jambi Meninggal Dunia

3. Warga Jambi meninggal, terlambat ditangani

Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti dan DBD (Demam Berdarah Dengue)TOTO SIHONO Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti dan DBD (Demam Berdarah Dengue)
Dua warga Jambi meninggal karena terjangkit DBD.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Jambi, Nur Indrayeti mengatakan, penanganan kurang tepat waktu menjadi salah satu faktor.

"Salah satu penyebab meninggalnya pasien yang terjangkit DBD adalah warga kueang sigap mengatasi dan mengantisipasinya," kata Nur, seperti dikutip dari Antara.

Penderita DBD yang meninggal dunia sebenarnya sudah menunjukkan gejala berupa demam selama beberapa hari.

Namun, orangtua tidak segera membawa mereka ke rumah sakit. Mereka mengatasi sendiri dengan obat penurun panas.

Dinkes Jambi mencatat ada 233 kasus DBD selama dua bulan terakhir, dua di antaranya meninggal dunia.

Baca juga: INFOGRAFIK: Cara Pencegahan dan Mengobati Demam Berdarah Dengue (DBD)

4. Pramuka Galakkan PSN di Jombang

Salah satu pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) yang menjalani perawatan di RSUD Jombang, Jawa Timur, Rabu (12/2/2020).KOMPAS.COM/MOH. SYAFIÍ Salah satu pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) yang menjalani perawatan di RSUD Jombang, Jawa Timur, Rabu (12/2/2020).
Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, Jawa Timur mencatat ada 31 orang warganya terjangkit DBD selama dua bulan terakhir.

Meski angka tersebut mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya namun pemerintah menetapkan status waspada.

Pemrintah melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk menggalakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

"Semua kita libatkan. Terakhir kami melibatkan anak-anak Pramuka dari Satuan Karya Bhakti Husada untuk melakukan PSN," ujar dia.

Baca juga: Cegah DBD Mewabah, Pramuka Dilibatkan Menggalakkan PSN di Jombang

5. 43 pasien selama 2 bulan di Sukabumi

Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti dan DBDTOTO SIHONO Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti dan DBD

RSUD R Syamsudin Kota Sukabumi telah merawat 43 pasien DBD sejak Januari 2020.

14 pasien di antaranya merupakan warga Kota Sukabumi, 28 lainnya pasien dari Kabupaten Sukabumi dan satu orang dari Cianjur.

"Sampai saat ini masih ada beberapa pasien yang dirawat. Ada yang dewasa dan anak-anak," kata Humas RSUD R Syamsudin, dr Yusuf Ginanjar.

Mayoritas pasien dirawat sepekan hingga dua pekan.

"Semua pasien kami tangani sesuai protap penanganan DBD," katanya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Sigiranus Marutho Bere, Budiyanto, Moh. Syafii, Nansianus Taris, Irwan Nugraha | Editor: Dony Aprian, Dheri Agriesta, Abba Gabrilin, Farid Assifa), Antara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com