Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Riyanto, Jadi Relawan Pemadam Karhutla karena Anaknya Jadi Korban Kabut Asap

Kompas.com - 20/01/2020, 07:38 WIB
Idon Tanjung,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Dia mengaku sebelumnya sempat dapat honor Rp150 ribu per hari untuk patroli karhutla. Namun, upah itu hanya berjalan selama tiga bulan dari awal masuk.

Meski demikian, Ari mengaku tak pernah mengeluh. Dia tetap mau berjuang dalam membasmi karhutla.

"Walau pun tak digaji, saya akan tetap bekerja ikhlas," ucapnya.

Baca juga: Awal 2020, BMKG Ingatkan Potensi Karhutla di Dua Provinsi ini

Berharap ada perhatian pemerintah

Tapi bagaimana pun juga, dia tetap butuh upah untuk menghidupi istri dan tiga orang anaknya.

Tak hanya buat kebutuhan keluarga, tapi juga untuk mendukung kinerja dalam memadamkan api karhutla.

"Kadang saya gak ada pulsa buat nelpon untuk melaporkan kejadian karhutla. Mau beli gak ada uang," kata pria yang juga bekerja sebagai sekuriti ini.

Selain itu, Ari juga membutuhkan bantuan alat pemadam karhutla seperti mesin pompa air. Sehingga, apabila ada titik api bisa cepat dipadamkan.

Baca juga: 6 Catatan Karhutla Sumsel 2019: Kebun Raya dan Tanaman Langka Ikut Terbakar hingga Penemuan Harta Karun Sriwijaya

"Harapan saya ada perhatian (dari pemerintah). Karena selama ini memang belum ada perhatian, baik disegi kesehatan atau pun ekonomi. Dan saya juga ingin dibantu mesin pompa air untuk padamkan api," ucap Ari.

Ari saat ini tengah sibuk memadamkan api karhutla di Jalan Riau ujung, Kelurahan Air Hitam, Kecamatan Payung Sekaki.

Pemadam ia lakukan bersama petugas gabungan dari TNI, Polri, BPBD dan Manggala Agni.

"Di sini kami sudah dua hari pemadaman. Saat ini tinggal pendinginan," sebutnya.

Baca juga: Musim Hujan dan Karhutla Diduga Penyebab Ular Masuk ke Rumah Warga

Kaki pernah terbakar 

Sejak jadi relawan, Ari memiliki beberapa pengalaman dalam memadamkan api.

Diantara itu, kakinya pernah terbakar saat memadamkan api karhutla di Jalan Riau dekat Badara Raya Payung Sekaki, Kecamatan Payung Sekaki, Pekanbaru.

"Itu kejadiannya tahun 2019 kemarin. Kaki saya masuk ke dalam bara api. Tapi untung lukanya tidak parah, karena saya cepat cari air," cerita Ari.

Selain itu, pada tahun yang sama, dia juga pernah dikepung api karhutla di Kelurahan Air Hitam.

Ari menyebutkan, ketika itu dia bersama sejumlah petugas TNI sedang memadamkan api waktu siang. Kondisi kebakaran sedang membesar dan meluas.

"Kami masuk ke lokasi untuk matikan api. Tapi karena angin kencang, api cepat menjalar dan kami sempat terkepung. Asap sangat pekat di lokasi. Untung kami cepat mencari jalan keluar," sebut Ari.

Baca juga: BNPB Jadikan Kabupaten Ogan Ilir Pilot Project Wilayah Pemulihan Pasca-Karhutla

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com