Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surat dari Pedalaman Papua untuk Menteri Nadiem: Ibu Guru, Kami Takut Meja Patah

Kompas.com - 12/11/2019, 06:06 WIB
Rachmawati

Editor

Takut meja patah

Dalam surat terbuka itu juga, Diana bercerita ada beberapa bangku di sekolahnya, tetapi sudah reyot.

Salah seorang siswanya mencoba duduk di bangku tersebut, ternyata bangku tersebut langsung roboh. Saat menulis di atas meja, mereka pun takut karena mejanya bergoyang.

"Ibu guru, kami takut meja patah," kata seorang murid kepada Diana.

Secara diam-diam, siswanya sepakat duduk di lantai dan harus membungkuk saat belajar menulis.

"Kami semua duduk melantai sambil belajar menulis abjad," tulis Diana.

Diana dalam suratnya bercerita bahwa banyak sekolah dijuluki sekolah ujian karena hanya aktif menjelang ujian semester dan ujian nasional.

Baca juga: Tulisan Mengharukan Mantri Patra Sebelum Meninggal Saat Bertugas di Papua

Bahkan Diana mengungkapkan bahwa ada sekolah yang memungut biaya sebesar Rp 500.000 saat ujian nasional.

"Ini namanya pendidikan mematikan masyarakat, pikirku. Orang tua itu melanjutkan keresahannya. Bayangkan saja kalau dalam rumah ada tiga sampai empat anak yang ikut ujian nasional. Sudah berapa biaya yang dikeluarkan. Dengan susah payah ia mencari biaya tersebut agar anak-anaknya bisa mendapat ijazah sekolah dasar, sedang pejabat sekolah kenyang dengan uang pungutan. Hanya ada satu kata untuk ini, kejam!," tulis Diana.

Baca juga: 5 Fakta Kematian Mantri Patra di Papua, Bupati Kritik Berita hingga Keluarga Minta Jenazah Dipulangkan

 

Harapan kepada Menteri Nadiem

Akifitas murid SD di kampung Kaibusene, Kabupaten Mappi Papua.ISTIMEWA Akifitas murid SD di kampung Kaibusene, Kabupaten Mappi Papua.
Diana menaruh harapan besar kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim untuk membuat program skala nasional dalam rangka mencerdaskan anak-anak di pedalaman, khususnya di Papua.

"Indonesia bukan hanya Jawa, kami pun Indonesia. Indonesia bukan hanya kota-kota besar yang sudah canggih dengan aplikasi-aplikasi pendidikan yang mudah didapat lewat Android. Kami di pedalaman yang masih belajar mengenal abjad juga Indonesia," kata Diana.

"Pak Surya Paloh pernah berkata dalam sebuah acara bertemakan 'Pertaruhan Sang Ideologi'. Saya mau lihat Indonesia yang seutuhnya. Saya mau lihat seiring dengan matahari yang terbit dari ufuk timur, suatu ketika dalam waktu yang tidak lama ada anak-anak Indonesia yang rambutnya keriting, kulitnya hitam, jadi presiden di republik ini," tulis Diana.

Baca juga: DPR Desak Menteri Nadiem Tingkatkan Kesejahteraan Guru di Pedalaman

Diana setuju dengan pernyataan Surya Paloh, tetapi untuk saat ini Diana hanya ingin melihat buta huruf mati terkapar saat suara lantang anak-anak pedalaman Indonesia membaca buku.

"Seiring dengan matahari yang terbit dari ufuk timur, saya ingin melihat anak-anak sekolah di pedalaman Mappi bisa menulis cerita mereka dari pena dan kertasnya tanpa merasa sulit menyusun kata pada kumpulan aksara yang terbentang dari A-Z," tutup Diana, dalam surat terbukanya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Irsul Panca Aditra | Editor: Robertus Belarminus)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com