Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebakaran Hutan: Titik Panas Berkurang, Warga Bisa Lihat Awan dan Langit

Kompas.com - 04/10/2019, 06:16 WIB
Rachmawati

Editor

Karenanya, warga Muaro Jambi masih menggunakan masker kalau keluar ruangan. Bahkan, tempat ia mengajar Taman Kanak-kanak (TK) asap sempat masuk ke kelas.

"Asap masuk ke dalam ruangan, jadi anak-anak diminta pakai masker."

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jambi, Bayu, menyebut kabut asap masih mengepung karena intensitas hujan buatan yang relatif kecil. Sehingga belum efektif memadamkan lahan gambut seluruhnya.

"Minimal hujan buatan itu mengurangi titik api, tapi kalau untuk hilangkan asap belum bisa karena kondisi gambut yang terbakar ini kan... kalau hujan buatan bisa mematikan gambut yang di atas, tapi yang di bawah belum mati," jelas Bayu.

Baca juga: Api dan Asap Berkurang, Hujan Buatan Tetap Dilakukan

Kabut asap juga berdampak pada jarak pandang yang terbatas. Alhasil pemadaman kebakaran di area gambut melalui helikopter water bombing dihentikan sementara. BPBD, kata Bayu, mengandalkan pemadaman lewat darat.

"Bagusnya, tim operasi darat bisa masuk untuk lakukan pemadaman dan pendinginan (gambut)."

Ia juga mengatakan, asap di Jambi disumbang dari wilayah perbatasan di Sumatera Selatan. Itu sebabnya, BPBD Jambi saling berkoordinasi dengan BPBD Sumsel untuk memadamkan api.

"Itu kan kalau arah angin dari selatan ke tenggara, masuknya ke sini. Makanya helikopter water bombing dilakukan di daerah perbatasan."

Data AirVisual menyebutkan kualitas udara di polusi di Jambi menunjukkan kategori tidak sehat.

Baca juga: Gubernur Klaim Kabut Asap Sudah Hilang di Riau

 

Hotspot berkurang 90%, tapi kemarau berlangsung sampai akhir Oktober

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut jumlah titik panas di Sumatera dan Kalimantan turun hingga 90% dari 9.310 hotspot pada awal hingga pertengahan September, sejak turun hujan dan dilakukannya hujan buatan sepekan terakhir.

Di Sumatera masih terdapat 13 titik panas. Sedangkan Kalimantan tersisa tiga hotspot. Juru bicaranya, Agus Wibowo, mengatakan untuk pembuatan hujan buatan, BNPB mengandalkan empat pesawat cassa dan hercules.

"Jadi dua pesawat di Riau, satu di Kalimantan Barat, dan satu lagi di Kalimantan Tengah. Tapi yang di Riau operasinya sampai ke Jambi dan Sumatera Selatan. Begitu juga yang di Kalimantan sampai seluruh provinsi."

Baca juga: Dampak Asap Kebakaran Hutan, Penumpang Trigana Air Rute Semarang-Kalimantan Sepi

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan musim kemarau masih berlangsung sampai akhir Oktober. Karena itu kata juru bicaranya, Dwi Rini Endrasari, pemerintah daerah dan pihak berwenang lainnya harus mewaspadai munculnya titik api.

"Makanya harus diwaspadai titik panas itu oleh masyarakat, pemerintah daerah, dan pengambil kebijakan," ujarnya.

Baca juga: Sepekan Diselimuti Kabut Asap, 50.000 Siswa di Padang Sidempuan Diliburkan

Dari pantauan Satelit Himawari milik BMKG, potensi pertumbuhan awan hujan tampak di Sumatera dan Kalimantan. Sehingga hujan lebat berpeluang terjadi di Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara sepanjang tiga hari ke depan.

"Jadi tidak berarti kalau musim kemarau, tidak ada hujan. Ada hujan tapi intensitasnya tidak besar saat musim hujan," jelasnya.

"Adanya hujan, bisa menjadi salah satu faktor berkurangnya titik panas."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com