Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Para Perempuan Penakluk Api: Kami adalah Penjaga Hutan Kalimantan

Kompas.com - 25/09/2019, 12:52 WIB
Rachmawati

Editor

Akan tetapi, pembakaran lahan selama dua dekade terakhir berbeda dengan yang ia ketahui selama ini.

"Sekarang kan orang datang ke Kalimantan, kemudian mereka meniru ini. Ada banyak perusahaan-perusahaan besar yang (ingin) membuka lahan dengan cara mudah, bakar saja," ungkapnya.

Baca juga: Sudah Seminggu, Kebakaran Hutan Gambut di Kampar Riau Belum Teratasi

Hingga Senin (23/09), polisi sudah menetapkan sembilan perusahaan sebagai tersangka kebakaran hutan dan lahan.

"Untuk jumlah tersangka korporasi ada sembilan tersangka. Bareskrim menetapkan PT AP sebagai tersangka," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo di Jakarta, Senin kemarin, seperti dikutip Kompas.com.

Sementara itu, hampir 300 individu juga ditetapkan sebagai tersangka, di mana 79 di antara mereka berasal dari Kalimantan Tengah.

Sumarni menganggap masyarakat adat Dayak 'dikorbankan' dalam kasus karhutla.

Baca juga: Panjang Sekat Penahan Api di Lahan Gambut Capai 3250 Meter

"Sebagai masyarakat adat, sebagai pemuda adat, kami merasa kenapa kami yang dikambing hitamkan? Padahal kami yang berjuang keras untuk menjaga hutan-hutan kami, melindungi apa yang tersisa," tuturnya.

Amarah itu belakangan ia salurkan dengan terlibat dalam kegiatan sosial kelompok Youth Act Kalimantan, di mana ia kini menjadi koordinatornya. Ia ingin memberikan sumbangsih nyata untuk melindungi hutan dan komunitasnya.

"Kita mau bersuara dan kami juga melakukan sesuatu. Kita bukan hanya komplain, tapi kami melakukan aksi nyata di lapangan, dan kami ingin melindungi rumah kami, Kalimantan," bebernya.

Baca juga: Cegah Karhutla, Lahan Gambut Jadi Lokasi Budidaya Jamur Tiram dan Nanas


Kekuatan perempuan

Sebelum terjun ke lokasi pemdaman, para relawan dan sejumlah anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) berkumpul untuk pengarahan dan doa BBC News Indonesia Sebelum terjun ke lokasi pemdaman, para relawan dan sejumlah anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) berkumpul untuk pengarahan dan doa
Delapan jam sehari Sumarni ikut memadamkan api ke lokasi kebakaran hutan dan lahan di Palangkaraya. Ia akan memulai hari dengan mengikuti pengarahan di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Palangkaraya, sebelum akhirnya meluncur ke lokasi bersama tim relawan dan Taruna Siaga Bencana.

Masker khusus, kacamata, dan sepatu bot setidaknya harus ia kenakan setiap bersentuhan dengan titik api.

"Waktu hari pertama padamin api, itu apinya besar sekali dan nggak pakai safety (perlengkapan keamanan)," tuturnya.

"Hari selanjutnya saya sakit semingguan, karena ternyata tidak semudah yang kita kira. Memadamkan api itu asapnya bikin mata sakit, terus asapnya bikin kita susah bernapas, sakit, segala macam."

Baca juga: 1.062 Hektare Lahan Gambut di Muba Terbakar, Polisi Periksa 9 Orang

Sekelompok anak muda Palangkaraya turun ke jalan menuntut keadilan iklim Kalimantan dalam Climate Strike (20/09) BBC News Indonesia Sekelompok anak muda Palangkaraya turun ke jalan menuntut keadilan iklim Kalimantan dalam Climate Strike (20/09)

Tapi semua itu ia perlu lakukan untuk menghentikan api dan menghapus asap dari udara di sekitarnya.

"Rumahmu itu terbakar, jadi ayo bertindak, lakukan sesuatu. Even if you are small, walaupun kamu seorang perempuan, datang ke lapangan.

"Ya kelihatan susah, ini benar-benar susah, tapi ayo lakukan sesuatu," ajak lulusan Pendidikan Kimia Universitas Palangka Raya itu.

Pesan itu juga disuarakan Sola Gratia Sihaloho.

Baca juga: KLHK Sebut Kebakaran Hutan di Sumatera dan Kalimantan Tak Bakar Vegetasi Pohon

Mahasiswi jurusan sistem informatika Akademi Manajemen Komputer dan Informatika (AMKI) Ketapang itu mengharapkan semua orang, terutama perempuan, untuk bisa ikut andil menyelamatkan hutan dan melindungi kesehatan warga.

"Ada kepuasan sendiri. Aku sebagai perempuan, aku bisa melakukan yang banyak orang pikir 'kamu perempuan, mana bisa perempuan bawa selang, mana bisa perempuan bawa mesin'.

Baca juga: Orangutan Korban Kebakaran Lahan Diselamatkan dari Hutan Ketapang

Mahasiswi jurusan sistem informatika Akademi Manajemen Komputer dan Informatika (AMKI) Ketapang itu mengharapkan semua orang, terutama perempuan, untuk bisa ikut andil menyelamatkan hutan dan melindungi kesehatan warga. BBC News Indonesia Mahasiswi jurusan sistem informatika Akademi Manajemen Komputer dan Informatika (AMKI) Ketapang itu mengharapkan semua orang, terutama perempuan, untuk bisa ikut andil menyelamatkan hutan dan melindungi kesehatan warga.

"Aku puas sama diriku sendiri. Kita perempuan, kita bisa melakukan apapun," ungkapnya.

Sola juga meminta semua orang untuk benar-benar memahami arti hutan bagi manusia. Ia menuntut siapapun untuk tidak bersikap egois.

"Bukan cuma saat ini kita butuh hutan. Dua tahun, lima tahun, 10 tahun, bahkan nanti ratusan tahun (lagi) kita butuh hutan. Bukan untuk kita, bukan cuma kita yang menikmati.

"Bukan saat generasi kita selesai, semua orang akan mati. Nggak. Tapi masih ada anak-cucu kita yang akan mewarisi bumi," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com