Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Langit Merah di Kota Jambi: Itu Bikin Orang Sesak Napas...

Kompas.com - 23/09/2019, 12:12 WIB
Rachmawati

Editor

"Kami berharap asap ini segera hilang dengan adanya hujan. Kalau secara agama, kami sudah melakukan shalat Istikharah," ujarnya.

Baca juga: Kabut Asap Pekat di Jambi: Jam 12 Siang Gelap, Warga Nyalakan Lampu dan Kipas Angin


Fenomena langit merah

Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto menjelaskan fenomena langit merah di Provinsi Jambi disebabkan tingginya konsentrasi partikel debu polutan berukuran sangat kecil yakni 0,7 mikrometer di atmosfer.

"Debu hasil pembakaran karhutla ada bagian yang kecil. Partikel kecil ini terbawa udara naik dan membentuk selimut atau lapisan asap di atmosfer. Kalau partikel yang menyebabkan warna merah, itu artinya ukuran diameter partikel sama dengan panjang gelombang warna merah di matahari," katanya.

Dari pantauan alat pengukur debu polutan milik BMKG, jelaga berukuran kecil di Provinsi Jambi sangat tinggi yakni mencapai 500 mikrogram per meter kubik. Itu artinya sangat tidak sehat atau berbahaya jika terhirup manusia. Kondisi yang sama juga terjadi di Palembang dan Pekanbaru.

Baca juga: UPDATE Kebakaran Hutan Jambi: dari Penambahan Personel hingga Kesulitan Air

"Ini menunjukkan bahwa kabut asap yang dihasilkan karhutla itu membahayakan kesehatan warga," katanya.

"Karena itu, imbauan BMKG ialah warga kalau bisa tetap memakai masker selama di luar ruangan. Baik lagi kalau maskernya terbuat dari bahan material nano. Karena ini kalau sudah merah kehitaman, artinya partikel debu polutan sudah bercampur antara partikel kasar dan halus."

Namun, ia mewanti-wanti, tanda udara lebih parah jika warnanya terlihat hitam kelabu.

"Itu bikin orang langsung sesak napas. Artinya akumulasi polutan konsentrasinya sudah sangat meningkat."

Pemantauan BMKG, kondisi seperti ini terjadi pada tahun 2015 tepatnya di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Langit terlihat oranye dan kekuningan.

Satu-satunya solusi, kata Siswanto, adalah air hujan. Hanya, khusus di wilayah Pekanbaru, Jambi, dan Sumatera Selatan, proses hujan buatan belum bisa optimal.

"Harapannya menuju Oktober, awan akan bergerak ke Riau, Jambi, Sumatera Selatan."

Baca juga: Viral Langit Merah di Jambi, dari Titik Api hingga Hamburan Rayleigh


Pemadaman lewat udara lumpuh

Petugas Manggala Agni Daops Kota Jambi mengupayakan pemadaman kebakaran lahan gambut di Kumpeh Ulu, Muarojambi, Jambi. Api masih membakar kawasan lahan gambut yang telah memasuki hari ke-19 pemadaman tersebut.BBC News Indonesia Petugas Manggala Agni Daops Kota Jambi mengupayakan pemadaman kebakaran lahan gambut di Kumpeh Ulu, Muarojambi, Jambi. Api masih membakar kawasan lahan gambut yang telah memasuki hari ke-19 pemadaman tersebut.
Data jumlah titik api atau hot spot di Provinsi Jambi menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencapai 343. Terbanyak 286 hot spot di Kabupaten Muaro Jambi.

Kepala BPBD Provinsi Jambi, Bayu, mengatakan sudah sepekan ini proses pemadaman lewat udara dengan menggunakan tiga helikopter waterbombing lumpuh.

"Operasi lewat udara sudah beberapa hari ini tak bisa karena terhalang jarak pandang yang terbatas 400-500 meter. Jadi untuk ke tempat-tempat yang ada hot spot, heli agak kesulitan," kata Bayu kepada BBC News Indonesia.

Praktis pemadaman hanya mengandalkan jalur darat, tapi itu pun terkendala air.

Baca juga: Temui Mahasiswa yang Demo Karhutla, Ini Ajakan Wakil Ketua DPRD Jambi

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com