"Mereka tidak mereklamasi tambang. Ada juga yang izin bermasalah. Pemerintah tahu harusnya dibuka saja ke publik. Mana saja perusahaan tambang yang nakal," ujarnya.
Baca juga: Gubernur Bengkulu Ungkap 4 Penyebab Banjir dan Longsor
Bencana banjir dan longsor pada 27 April 2019 di Bengkulu menyebabkan 30 orang meninggal dunia, 6 dinyatakan hilang, 13 ribu warga mengungsi, 12 ribu warga lainnya terdampak.
Yayasan Kanopi, salah satu NGO lingkungan hidup di Bengkulu menyebutkan ada delapan perusahaan pertambangan yang diduga memicu rusaknya Sungai Bengkulu yang mengakibatkan banjir dan longsor beberapa waktu lalu. Kawasan ini sudah kehilangan fungsi ekologis.
"Kawasan penyangga Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Bengkulu di wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah telah habis dikapling untuk pertambangan batu bara dan perkebunan sawit," tulis Direktur Yayasan Kanopi, Ali Akbar dalam rilisnya ke Kompas.com, 28 April 2019.
Baca juga: BNPB Ungkap Penyebab Bencana Banjir dan Longsor di Bengkulu
Tercatat ada delapan perusahaan tambang batu bara di hulu sungai yaitu PT. Bengkulu Bio Energi, PT. Kusuma Raya Utama, PT. Bara Mega Quantum, PT. Inti Bara Perdana, PT. Danau Mas Hitam, PT. Ratu Samban Mining, PT. Griya Pat Petulai, PT. Cipta Buana Seraya dengan luas total 19 ribu hektare. Ditambah satu perusahaan perkebunan sawit milik PT Agriandalas yang juga berada di daerah tangkapan air Sungai Bengkulu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.