Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Bencana Banjir dan Longsor di Bengkulu, 29 Orang Meninggal hingga Banjir Akibat Aktivitas Tambang

Kompas.com - 30/04/2019, 14:40 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Korban bencana banjir dan longsor di Bengkulu mencapai 29 orang dan 13 orang dinyatakan hilang.

Data tersebut berdasarkan rilis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi, Senin (29/4/2019) pagi.

Kepala BNPB Doni Munardo menyampaikan, penyebab bencana di Bengkulu adalah banyaknya kawasan penyangga DAS Sungai Bengkulu di wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah telah habis dikavling untuk pertambangan batu bara dan perkebunan sawit.

Hingga saat ini, tercatat ada delapan perusahaan tambang batu bara di hulu sungai.

Berikut ini fakta lengkapnya:

1. Jumlah korban meninggal 29 orang dan 13 orang hilang

Kepala BNPB Doni Munardo saat menyampaikan keterangan kepada awak media di Bengkulu, Senin (29/4/2019). KOMPAS.com/FIRMANSYAH Kepala BNPB Doni Munardo saat menyampaikan keterangan kepada awak media di Bengkulu, Senin (29/4/2019).

Doni Munardo menjelaskan, tim SAR masih terus melakukan penyisiran korban di lokasi bencana. Beberapa korban telah berhasil dievakuasi petugas.

"Beberapa jam terakhir ini korban meninggal dunia mencapai 29 orang dan 13 orang dinyatakan hilang. Pengungsi sejumlah 12.000 orang kemudian sejumlah ternak dan kerusakan rumah dan fasilitas lainnya ikut menjadi korban," kata Doni.

Sejumlah ruas jalan penting di Bengkulu juga mengalami kerusakan sehingga menyulitkan akses evakuasi.

Dari 10 kabupaten/kota di Bengkulu, terdapat sembilan kabupaten terdampak bencana banjir dan longsor. Jumlahnya sangat banyak dan sebagian besar wilayah masih digenangi air banjir.

Baca Juga: Korban Bencana Bengkulu Bertambah: 29 Meninggal, 13 Hilang

2. BNPB jelaskan pertambangan dan permukiman rusak hulu DAS

Sisa material akibat banjir di Kabupaten Bengkulu TengahKOMPAS.COM/FIRMANSYAH Sisa material akibat banjir di Kabupaten Bengkulu Tengah

Menurut Doni, penyebab terjadinya bencana adalah akibat kerusakan di kawasan hulu sungai yang merupakan daerah tangkapan air. Daerah itu rusak lantaran dipakai untuk pemukiman atau aktivitas pertambangan.

"Ke depan peristiwa seperti ini jangan terulang. Bahwa daerah tangkapan air di hulu sungai mengalami perubahan fungsi, alih fungsi lahan, dan pertambangan," kata Doni di Bengkulu, Senin (29/4/2019).

Atas temuan itu, Doni mengatakan telah koordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) agar wilayah Bengkulu dilakukan penilaian tata ruang kawasan tangkapan air dan fungsi hutan.

Doni juga telah berkoordinasi dengan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan untuk melakukan penilaian di sejumlah pertambangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com