Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Meranti Edy Afrizal, menjelaskan, lahan yang terbakar merupakan kebun sagu dan lahan kosong semak belukar milik masyarakat.
"Lokasi kebakaran tanah gambut, kedalamannya satu hingga tiga meter. Luas lahan yang terbakar belum dihitung," kata Edy.
Upaya pemadaman dan pendinginan, kata dia, dilakukan tim gabungan dari kepolisian, TNI, BPBD, PT SRL (Sumatera Riang Lestari), Manggala Agni dan masyarakat. Jumlahnya sekitar 200 orang.
Baca Juga: Hari Kedelapan, Pendinginan Dilakukan di Lokasi Karhutla di Meranti
Petugas gabungan sempat kewalahan untuk memadamkan karhutla di Kabupaten Kepulauan Meranti, karena sumber air terbatas.
Untuk mendapatkan sumber air, petugas terpaksa membuat embung darurat dengan tangan kosong.
"Sumber air terbatas. Sehingga kami terpaksa membuat embung dengan menggali tanah gambut dengan cara manual," kata Edy Afrizal, saat dihubungi Kompas.com, melalui sambungan telepon, Selasa (5/3/2019).
Edy mengatakan, kebakaran lahan gambut cukup parah terjadi beberapa hari lalu, yang membakar kebun sagu warga dan semak belukar. Saat itu, pemadaman api sulit dilakukan.
"Selain sumber air terbatas, angin di lokasi juga kencang, sehingga api cepat membesar. Kemudian akses ke lokasi juga sulit," kata Edy.
Menurut Edy, masih ada titik api di dalam gambut yang mengeluarkan asap. Petugas masih terus melacak titik tersebut dan melakukan pendinginan.
"Jadi, titik asap yang masih ada, kami lakukan pendinginan. Hingga hari ini, pendinginan masih dilanjutkan," sambung dia.
Baca Juga: Sumber Air Terbatas, Petugas Buat Embung Darurat untuk Padamkan Karhutla di Meranti
Terkait bencana karhutla di sejumlah wilayah di Provinsi Riau, Komandan Kodim 0303/Bengkalis Letkol Inf Timmy Prasetya Hermianto menjelaskan pentingnya sosialiasi bahaya puntung rokok dan kebiasaan membakar sampah di lahan gambut.
"Sosialisasi kepada masyarakat, setiap kami ketemu di warung, ketemu di mana, kami selalu menyampaikan supaya apabila berkebun di dalam (kawasan tanah gambut), janganlah sambil merokok. Karena setelah merokok tanpa sadar puntungnya dibuang ke tanah gambut bisa menjadi terbakar," ungkap Timmy saat diwawancarai Kompas.com, Minggu (3/3/2019).
Timmy juga meminta masyarakat untuk tidak membakar sampah lalu ditinggal begitu saja. Hal tersebut berpotensi terjadinya karhutla. Apalagi, di Kecamatan Rupat rata-rata tanah gambut mudah terbakar.
"Kami kan enggak tahu setelah bakar sampah kemudian ditinggal, apinya bisa loncat ditiup angin, itu yang kadang-kadang menjadi sumber kebakaran," sebutnya.
Baca Juga: Cegah Karhutla, Masyarakat Diminta Tak Buang Puntung Rokok di Lahan Gambut
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.