Salin Artikel

Fakta Bencana Karhutla di Riau, Persediaan Air Menipis hingga 27 Titik Panas di Meranti

KOMPAS.com - Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru hingga hari Minggu (3/3/2019), jumlah titik panas di Provinsi Riau mencapai 43 titik. 

Wilayah Kepulauan Meranti menjadi terbanyak yang memiliki titik panas. Hal ini membuat petugas bekerja keras untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah tersebut.

Sementara itu, persediaan sumber air di lokasi karhutla semakin menipis. Kondisi ini menjadi kendala bagi para petugas.

Sementara itu, TNI meminta warga untuk tidak membuat puntung rokok dan membakar sampah di lahan gambut. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya karhutla.

Berikut ini fakta lengkapnya:

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru mendeteksi 43 hotspot atau titik panas di Provinsi Riau, Minggu (3/3/2019).

Jumlah hotspot pagi ini jauh meningkat dari pagi Sabtu kemarin, yakni 23 titik. Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru Otto Sukisno mengatakan, hotspot paling banyak terdeteksi di wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti.

"Hotspot di Riau pagi ini terdeteksi 43 titik. Paling banyak di Kepulauan Meranti 27 titik. Kemudian di Pelalawan 13 titik, Bengkalis 2 titik dan Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) 1 titik," kata Otto saat hubungi Kompas.com melalui seluler, Minggu.

Kapolres Kepulauan Meranti AKBP La Ode Proyek saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon menjelaskan, saat ini petugas gabungan sedang melakukan pendinginan di lokasi karhutla.

"Ya, Alhamdulillah visibility-nya normal. Kemarin sempat terbakar, Sekarang tinggal pendinginan," ucap La Ode, Minggu.

Dia menyebutkan, upaya pemadaman dan pendinginan dilakukan oleh petugas gabungan dari kepolisian, TNI, Manggala Agni, BPBD, perusahaan dan masyarakat peduli api (MPA).

"Dari jajaran Polres Meranti kita kerahkan 6 regu. Masing-masing regu 11 orang. Jadi kondisi sekarang sedang pendinginan," tutup La Ode.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Meranti Edy Afrizal, menjelaskan, pada Minggu (3/3/2019), pendinginan api di dalam gambut dilakukan di Desa Tanjung Peranap, Kecamatan Tebing Tinggi Barat dan Desa Sokop, Kecamatan Rangsang Pesisir.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Meranti Edy Afrizal, menjelaskan, lahan yang terbakar merupakan kebun sagu dan lahan kosong semak belukar milik masyarakat. 

"Lokasi kebakaran tanah gambut, kedalamannya satu hingga tiga meter. Luas lahan yang terbakar belum dihitung," kata Edy.

Upaya pemadaman dan pendinginan, kata dia, dilakukan tim gabungan dari kepolisian, TNI, BPBD, PT SRL (Sumatera Riang Lestari), Manggala Agni dan masyarakat. Jumlahnya sekitar 200 orang.

Petugas gabungan sempat kewalahan untuk memadamkan karhutla di Kabupaten Kepulauan Meranti, karena sumber air terbatas.

Untuk mendapatkan sumber air, petugas terpaksa membuat embung darurat dengan tangan kosong.

"Sumber air terbatas. Sehingga kami terpaksa membuat embung dengan menggali tanah gambut dengan cara manual," kata Edy Afrizal, saat dihubungi Kompas.com, melalui sambungan telepon, Selasa (5/3/2019).

Edy mengatakan, kebakaran lahan gambut cukup parah terjadi beberapa hari lalu, yang membakar kebun sagu warga dan semak belukar. Saat itu, pemadaman api sulit dilakukan.

"Selain sumber air terbatas, angin di lokasi juga kencang, sehingga api cepat membesar. Kemudian akses ke lokasi juga sulit," kata Edy.

Menurut Edy, masih ada titik api di dalam gambut yang mengeluarkan asap. Petugas masih terus melacak titik tersebut dan melakukan pendinginan.

"Jadi, titik asap yang masih ada, kami lakukan pendinginan. Hingga hari ini, pendinginan masih dilanjutkan," sambung dia.

Terkait bencana karhutla di sejumlah wilayah di Provinsi Riau, Komandan Kodim 0303/Bengkalis Letkol Inf Timmy Prasetya Hermianto menjelaskan pentingnya sosialiasi bahaya puntung rokok dan kebiasaan membakar sampah di lahan gambut.

"Sosialisasi kepada masyarakat, setiap kami ketemu di warung, ketemu di mana, kami selalu menyampaikan supaya apabila berkebun di dalam (kawasan tanah gambut), janganlah sambil merokok. Karena setelah merokok tanpa sadar puntungnya dibuang ke tanah gambut bisa menjadi terbakar," ungkap Timmy saat diwawancarai Kompas.com, Minggu (3/3/2019).

Timmy juga meminta masyarakat untuk tidak membakar sampah lalu ditinggal begitu saja. Hal tersebut berpotensi terjadinya karhutla. Apalagi, di Kecamatan Rupat rata-rata tanah gambut mudah terbakar.

"Kami kan enggak tahu setelah bakar sampah kemudian ditinggal, apinya bisa loncat ditiup angin, itu yang kadang-kadang menjadi sumber kebakaran," sebutnya.

https://regional.kompas.com/read/2019/03/06/14270511/fakta-bencana-karhutla-di-riau-persediaan-air-menipis-hingga-27-titik-panas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke