Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sendratari Sugriwa Subali Pukau Warga dalam Menoreh Art Festival

Kompas.com - 21/10/2018, 17:07 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi


KULON PROGO, KOMPAS.com -Warga yang datang dari berbagai desa memadati Alun-alun Kota Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Mereka rela berdesakan demi menonton gelaran Sendratari Sugriwa Subali yang berlangsung di panggung Menoreh Art Festival 2018.

Warga nyaris tidak beranjak dari lapangan terbuka itu meski sesekali hujan mengguyur sesaat.

"Seperti tadi dibilang MC-nya, penonton kali ini sangat padat seperti penonton datang ke acara pamungkas," kata Nila, 40 tahun, warga Jogoyudan, Wates, Sabtu (20/10/2018) malam.

Baca juga: Dwi Agus Cahyono, Koreografer Muda Dibalik Sukses Pagelaran Tari Gandrung Sewu 2018

Nila dan anaknya yang 6 tahun berdesakan di antara ribuan penonton.

Sebanyak 70 orang mempertontonkan keahlian mereka menari dan memainkan musik dalam pertunjukan Sugriwa Subali ini.

Berlangsung selama 40 menit, seniman-seniman itu berbalut kostum mulai dari demit (siluman), monyet, hingga kebaya.

Yang menonjol, semua penari menggunakan topeng selagi menari dan minim dialog panggung.

Pertunjukan itu merupakan salah satu agenda dalam Menoreh Art Festival 2018 yang dilaksanakan maraton sepanjang 7-27 Oktober 2018.

Pertunjukan-pertunjukan seni budaya dari berbagai daerah. terutama Kulon Progo menunjukkan aksi mereka di sebuah panggung megah di alun-alun kota.

Sepanjang 20 hari itu, tiap malam berlangsung pentas budaya baik dari desa-desa kantung budaya Kulon Progo hingga seniman dari berbagai daerah di Indonesia. Penontonnya memang tidak sedikit.

"Tapi kali ini tidak seperti hari sebelumnya, hari ini sampai padat sekali sebanyak ini," kata Nila.

Ia menyaksikan, penonton tidak hanya duduk memadati lapangan rumput yang setengah basah. Tidak sedikit yang sampai duduk di pinggir panggung.

"Sayangnya belum kelihatan ada orang luar seperti wisatawan. Acara seperti ini harusnya ada yang kembali ke daerah dalam bentuk lain, misal wisatawannya kelihatan banyak," kata Nila.

Warga bahkan menonton dari jarak sangat dekat pertunjukan sendratari Sugriwa Subali. Mereka memadati sampai nekat menaiki panggung. Sendratari ini salah satu agenda dalam Menoreh Art Festival 2018 dalam rangka menyambut Hari Jadi ke-67 Kulon Progo.KOMPAS.com/ DANI J Warga bahkan menonton dari jarak sangat dekat pertunjukan sendratari Sugriwa Subali. Mereka memadati sampai nekat menaiki panggung. Sendratari ini salah satu agenda dalam Menoreh Art Festival 2018 dalam rangka menyambut Hari Jadi ke-67 Kulon Progo.

Kepala Dinas Kebudayaan Untung Waluyo menilai, banyaknya penonton lokal terkait erat Kulon Progo memiliki gua alam Kiskendo, salah satu destinasi wisata andalan daerah.

Di balik itu, Kiskendo diperkuat oleh mitos, dongeng, maupun legenda yang mengisahkan keperkasaan Sugriwa Subali dalam wujud kera yang sakti. Dinding obyek wisata itu juga dihiasi relief pewayangan. Jadilah Kiskendo dan Sugriwa Subali identitas tidak terpisahkan bagi warga Kulon Progo.

Warga semakin memiliki kedekatan emosional, kebanggaan, sekaligus rasa memiliki dengan Kiskendo. Seni budaya yang lahir hari kedekatan emosi ini, menurut Untung, kerap membangkitkan kecintaan warga.

Akibatnya, pertunjukan pun mengundang banyak warga untuk datang. Sejatinya, hal seperti ini banyak terjadi di berbagai tempat di daerah lain.

"Ketika berbicara Sugriwa Subali, kami yang punya Kiskendo merasa itu sebagai identitas kami. Tempat lain sama, misal di India. Pertunjukan Baratayudha itu menggugah warga mereka bahwa itu budaya kami (India)," kata Untung.

Kehadiran warga menunjukkan kebanggaan masyarakat lokal pada identitas mereka. Ini juga menunjukkan, menurut Untung, sebagai keberhasilan pemerintah mewujudkan kebanggaan pada daerahnya.

Namun, ia mengakui, wisatawan memang masih minim yang datang untuk menonton.

Menurutnya, produk budaya sudah banyak tersedia, tinggal promosi besar-besaran untuk mendatangkan wisatawan ke Kulon Progo untuk menyaksikannya.

"Tergantung berikutnya adalah promosi pariwisata. Orang lain yang menjual," kata Untung.

Baca juga: Tessa Kaunang Tularkan Kegemaran Tari Balet pada Anaknya

Eka Bisma memerankan Lembu Sura dalam pertunjukan kali ini. Ia menyambut gembira antusiasme warga. Ia meyakini, Sugriwa Subali sudah menjadi ikon bagi kabupaten ini.

Menurut Eka Bisma, cukup panjang perjalanan membangun grup sedratari ini. Grup ini sering tampil di teater terbuka obyek wisata Kiskendo. Gua alam itu berada perbukitan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo.

Gua itu menjadi obyek wisata alam andalan pemerintah kabupaten. Wisatawan lokal, utamanya dari Kulon Progo, nyaris tak absen ke sana.

Dalam pertunjukan kali ini, dengan pengemasan berbeda, tentu membuat warga semakin senang.

"Perbedaan kali ini adalah tambah properti. Konsep baru gabungan seniman tari, tata artistik lighting, penata tari, rias kostum. Itu menciptakan animo masyarakat yang lebih antusias," kata Eka Bisma.

Isnisalatiarni sudah bergabung bersama grup sendratari ini selama 2 tahun. Ia bahkan sudah pentas ke mana-mana untuk mempertontonkan Sugriwa Subali.

Mahasiswa Jurusan Seni Tari Institut Seni Indonesia ini mengaku senang menghibur masyarakatnya sendiri. Ia memerankan Kalawandu atau dedemit yang suka mengganggu orang bertapa.

"Kebanggaan bagi kami juga untuk mengenalkan budaya sendiri dari kisah yang sudah dikenal masyarakat kita sendiri," kata Isni.

Kompas TV Salah satunya pemecahan rekor MURI adalah tari tenun yang diikuti sebanyak 2.000 penari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com