Salin Artikel

Sendratari Sugriwa Subali Pukau Warga dalam Menoreh Art Festival

Mereka rela berdesakan demi menonton gelaran Sendratari Sugriwa Subali yang berlangsung di panggung Menoreh Art Festival 2018.

Warga nyaris tidak beranjak dari lapangan terbuka itu meski sesekali hujan mengguyur sesaat.

"Seperti tadi dibilang MC-nya, penonton kali ini sangat padat seperti penonton datang ke acara pamungkas," kata Nila, 40 tahun, warga Jogoyudan, Wates, Sabtu (20/10/2018) malam.

Nila dan anaknya yang 6 tahun berdesakan di antara ribuan penonton.

Sebanyak 70 orang mempertontonkan keahlian mereka menari dan memainkan musik dalam pertunjukan Sugriwa Subali ini.

Berlangsung selama 40 menit, seniman-seniman itu berbalut kostum mulai dari demit (siluman), monyet, hingga kebaya.

Yang menonjol, semua penari menggunakan topeng selagi menari dan minim dialog panggung.

Pertunjukan itu merupakan salah satu agenda dalam Menoreh Art Festival 2018 yang dilaksanakan maraton sepanjang 7-27 Oktober 2018.

Pertunjukan-pertunjukan seni budaya dari berbagai daerah. terutama Kulon Progo menunjukkan aksi mereka di sebuah panggung megah di alun-alun kota.

Sepanjang 20 hari itu, tiap malam berlangsung pentas budaya baik dari desa-desa kantung budaya Kulon Progo hingga seniman dari berbagai daerah di Indonesia. Penontonnya memang tidak sedikit.

"Tapi kali ini tidak seperti hari sebelumnya, hari ini sampai padat sekali sebanyak ini," kata Nila.

Ia menyaksikan, penonton tidak hanya duduk memadati lapangan rumput yang setengah basah. Tidak sedikit yang sampai duduk di pinggir panggung.

"Sayangnya belum kelihatan ada orang luar seperti wisatawan. Acara seperti ini harusnya ada yang kembali ke daerah dalam bentuk lain, misal wisatawannya kelihatan banyak," kata Nila.

Di balik itu, Kiskendo diperkuat oleh mitos, dongeng, maupun legenda yang mengisahkan keperkasaan Sugriwa Subali dalam wujud kera yang sakti. Dinding obyek wisata itu juga dihiasi relief pewayangan. Jadilah Kiskendo dan Sugriwa Subali identitas tidak terpisahkan bagi warga Kulon Progo.

Warga semakin memiliki kedekatan emosional, kebanggaan, sekaligus rasa memiliki dengan Kiskendo. Seni budaya yang lahir hari kedekatan emosi ini, menurut Untung, kerap membangkitkan kecintaan warga.

Akibatnya, pertunjukan pun mengundang banyak warga untuk datang. Sejatinya, hal seperti ini banyak terjadi di berbagai tempat di daerah lain.

"Ketika berbicara Sugriwa Subali, kami yang punya Kiskendo merasa itu sebagai identitas kami. Tempat lain sama, misal di India. Pertunjukan Baratayudha itu menggugah warga mereka bahwa itu budaya kami (India)," kata Untung.

Kehadiran warga menunjukkan kebanggaan masyarakat lokal pada identitas mereka. Ini juga menunjukkan, menurut Untung, sebagai keberhasilan pemerintah mewujudkan kebanggaan pada daerahnya.

Namun, ia mengakui, wisatawan memang masih minim yang datang untuk menonton.

Menurutnya, produk budaya sudah banyak tersedia, tinggal promosi besar-besaran untuk mendatangkan wisatawan ke Kulon Progo untuk menyaksikannya.

"Tergantung berikutnya adalah promosi pariwisata. Orang lain yang menjual," kata Untung.

Eka Bisma memerankan Lembu Sura dalam pertunjukan kali ini. Ia menyambut gembira antusiasme warga. Ia meyakini, Sugriwa Subali sudah menjadi ikon bagi kabupaten ini.

Menurut Eka Bisma, cukup panjang perjalanan membangun grup sedratari ini. Grup ini sering tampil di teater terbuka obyek wisata Kiskendo. Gua alam itu berada perbukitan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo.

Gua itu menjadi obyek wisata alam andalan pemerintah kabupaten. Wisatawan lokal, utamanya dari Kulon Progo, nyaris tak absen ke sana.

Dalam pertunjukan kali ini, dengan pengemasan berbeda, tentu membuat warga semakin senang.

"Perbedaan kali ini adalah tambah properti. Konsep baru gabungan seniman tari, tata artistik lighting, penata tari, rias kostum. Itu menciptakan animo masyarakat yang lebih antusias," kata Eka Bisma.

Isnisalatiarni sudah bergabung bersama grup sendratari ini selama 2 tahun. Ia bahkan sudah pentas ke mana-mana untuk mempertontonkan Sugriwa Subali.

Mahasiswa Jurusan Seni Tari Institut Seni Indonesia ini mengaku senang menghibur masyarakatnya sendiri. Ia memerankan Kalawandu atau dedemit yang suka mengganggu orang bertapa.

"Kebanggaan bagi kami juga untuk mengenalkan budaya sendiri dari kisah yang sudah dikenal masyarakat kita sendiri," kata Isni.

https://regional.kompas.com/read/2018/10/21/17072161/sendratari-sugriwa-subali-pukau-warga-dalam-menoreh-art-festival

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke