Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dwi Agus Cahyono, Koreografer Muda Dibalik Sukses Pagelaran Tari Gandrung Sewu 2018

Kompas.com - 21/10/2018, 09:33 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Dwi Agus Cahyono (28) terlihat merapikan kostum yang baru selesai dijahit saat ditemui Kompas.com, Jumat (19/10/2018) di rumahnya yang ada di Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi.

Kostum-kostum tersebut digunakan untuk para pemain di tari kolosal Gandrung Sewu 2018 yang di gelar di Pantai Boom Banyuwangi.

Dwi Agus Cahyono adalah koreografer pada perhelatan Gandrung Sewu 2018 yang melibatkan 1.301 orang. Dwi sendiri sudah terlibat pada Gandrung Sewu sejak 5 tahun terakhir

"Ini semua kerja tim. Bukan hanya saya. Kebetulan saja, saya dipercaya sebagai koreografer sejak 2 tahun ini. Kalau ikut terlibat ya sudah cukup lama," jelas pria kelahiran Banyuwangi, 18 Agustus 1990 ini.

Dwi mengaku tidak mudah untuk mengumpulkan seribu lebih penari Gandrung di wilayah Banyuwangi. Tim dari Patih Senawangi (Paguyuban Pelatih Seniman Banyuwangi) sudah melakukan seleksi sejak Agustus 2018 lalu. Mereka menggelar audisi di setiap kecamatan untuk menjaring para penari utama sebanyak 600 penari.

Baca juga: Dapat Menari dengan Indah di Atas Pasir Pantai, Ini Rahasia para Penari Gandrung Sewu

"Setelah 600 orang penari utama ditentukan, baru kita menambahkan sesuai kuota dari sekolah-sekolah yang ada di kecamatan di wilayah Banyuwangi. Untuk tahun ini ada 1.173 penari yang terlibat," jelas Dwi.

Selanjutnya para pelatih tari yang terdiri dari tim kecil akan menyebar dan mengajarkan gerakan pada para penari di setiap kecamatan, lalu di lanjutkan latihan bersama di setiap dapil serta terakhir latihan bersama di Stadion Diponegoro Banyuwangi seminggu sekali, satu bulan sebelum pertunjukan. Mereka berlatih bersama mulai jam 2 siang hingga jam 10 malam.

"Banyak suka dukanya. Kadang sering diprotes sama pendamping kenapa kok belum juga mulai karena saya menetapkan sistem latihan per grup. Kadang juga bersitegang dengan rekan sendiri sesama pelatih karena koreografi yang dianggap tidak sesuai. Belum lagi jika tiba-tiba ada perubahan yang ndadak," jelasnya.

Sebelum menentukan gerakan, Dwi dan timnya mendapatkan naskah dari budayawan yang telah menentukan tema Gandrung Sewu. "Tema saya tidak ikut campur. Dapat naskah dari budayawan lalu kita rembuk bareng dengan tim Patih Senowangi," katanya.

Ia mengatakan, menggarap event Gandrung Sewu adalah sebuah tantangan karena branding yang sudah dibentuk adalah Gandrung sehingga ada batasan. Dia harus mengembangkan pertunjukan tersebut dengan tidak meninggalkan unsur Gandrung.

Baca juga: Penari Gandrung Sewu, Dandan Dini Hari Lalu Diangkut Truk Satpol PP

 

"Ini bukan drama tari. Jadi ya terbatas, hanya Gandrung, tapi ini menjadi tantangan agar terus kreatif," jelasnya.

Dwi yang juga memiliki Sanggar Kuwung Wetan, juga menjahit sendiri kostum dan juga membuat omprog atau penutup kepala Gandrung dengan melibatkan para pemuda di sekitar rumahnya. Bahkan mereka harus lembur agar semua kostum selesai tepat waktu. Total, 200 omprog yang sudah dia dia buat termasuk kostum prajurit, pemain fragmen di Gandrung Sewu 2018.

"Tidak semua kostum dan omprog dibuat disini. Ada juga di beberapa sanggar tari lainnya. Alhamdulilah, kita bisa buat 200 omprog gandrung," jelasnya.

Menari sejak usia 5 tahun

Dwi Agus Cahyono lahir dari keluarga seniman. Kakeknya adalah pemain ludruk di wilayah Banyuwangi selatan. Sejak usai 5 tahun, sarjana pendidikan Sejarah tersebut sudah ikut sanggar tari. Bukan hanya menari tapi Dwi juga belajar musik gamelan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com