Keberadaan gereja di Yapen berawal dari kedatangan zendeling (pekabar Injil) yaitu pendeta Ottow dan Pendeta Geissler pada Minggu 5 Februari 1855 di Pulau Mansiman.
Mereka menginjakkan kaki pertamakali di pantai pulau Mansinam dan mengucapkan doa sulung, “Dengan nama Tuhan, kami menginjak tanah ini.”
Kedua pendeta tersebut adalah utusan dari Misi Pekabaran Injil yang disponsori oleh tuan Gossner dan Geldring dari Belanda.
Kedua pendeta yang berasal dari Jerman tersebut sempat singgah di Batavia lalu ke Ternate untuk mempelajari bahasa Arafura dan sejarah Alkitab sebelum akhirnya meninggalkan Ternate pada 12 Januari 1855 dengan menggunakan kapal yang di nahkodai Constantijn menuju Tanah Papua.
Bahasa Arafura yang dipelajari ternyata tidak bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan penduduk pulau Mansinam. Namun jerih payah mereka berhasil dengan pembangunan gereja untuk pertamakalinya pada 14 September 1864 di Pulau Mansinam.
Baca juga: Berkat Mie Kering Rumput Laut, Ibu-ibu di Sarawondori Papua Mampu Kuliahkan Anak
Frans Sanadi melanjutkan, 50 tahun kemudian berita Injil sampai di Yapen. Saat itu kapal Tedeman ditugaskan memasang lampu suar dibeberapa tanjung di wilayah Yapen dan beberapa guru jemaat ikut.
Pada tahun 1912, perahu zending Utrecht datang dari mansiman membawa tenaga guru yang berasal dari Maluku. "Mereka juga guru sekolah rakyat. Perubahan besar terjadi di Yapen. Khusus kota Serui, pada zaman Belanda dijuluki kota pendidikan (onderwys-centrum),” jelasnya.
Pemerintahan Kota Yapen mencatat saat itu banyak sekolah berpola asrama dari tingkat SD hingga sekolah kejuruan, antara lain Jongens Vervolgs School untuk putra, Meisjes Vervolgs School untuk putri setara kelas 4 sampai 6 SD.
Sekolah guru (Opleiding voor Volkschool Onderwyzer), sekolah guru jemaat, sekolah pendeta, sekolah penginjil, sekolah perawat dan kebidanan dan kursus pertanian (Landbouw Practyk Cursus).
“Kami ingin mengembalikan kembali julukan Yapen sebagai kota pendidikan. Saat ini kami memberikan pendidikan gratis mulai dari PAUD hingga SMA baik sekolah negeri ataupun sekolah swasta," katanya.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan