Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Buruk, Petani Rumput Laut Rugi Jutaan Rupiah

Kompas.com - 05/08/2018, 17:27 WIB
Junaedi,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com – Cuaca buruk yang melanda perairan Polewali Mandar Sulawesi Barat, sejak tiga pekan terakhir, tidak hanya memaksa para nelayan untuk menghentikan aktifitasnya, namun membuat mereka merugi hingga jutaan rupiah.

Hasil tanaman rumput laut mereka tidak bisa berkembang akibat diterjang ombak besar dan kiriman sampah-sampah yang merusak tanaman rumput laut mereka.

Cuaca buruk disertai gelombang tinggi yang melanda wilayah perairan Polewali Mandar juga berdampak buruk terhadap hasil budidaya rumput laut.

Baca juga: Budidaya Rumput Laut Pakai Tali dan Botol Plastik Bisa Mencemari Laut

Petani rumput laut di kawasan Pantai Kalawa, Kelurahan Lantora, Polewali Mandar, misalnya, mengeluh karena tanaman rumput laut mereka rusak diterjang gelombang.

Petani terpaksa memanen tanamannya lebih awal meskipun waktu masa panen belum tiba.

Alasannya jika tidak dipanen lebih cepat, tanaman rumput laut mereka bisa habis atau rusak karena diterjang gelombang dan tertimbun sampah bawaan yang terbawa gelombang.

Baca juga: Rumput Laut dan Turunannya Bisa Tetap Diekspor ke AS

Sulemana, petani rumput laut di Pantai Kalawa, mengaku terpaksa memanen tanaman rumput lautnya lebih cepat karena takut rusak diterjang gelombang. 

Pendapatan Sulemena yang biasanya panen rumput laut hingga Rp 3-4 juta per sekali panen kini hanya sekitar Rp 2 juta saja bahkan kurang.

Kualitas produksi rumput yang tidak memenuhi standar menjadi alasan pedagang tidak bisa membeli dengan harga fantastis.

Baca juga: Berkat Rumput Laut Ini, Antartika Tak Lagi jadi Benua Terisolasi

“Daripada rusak semua atau hanyut terbawa gelombang lebih baik dipanen cepat,” tutur Sulemana, Jumat (3/8/2018) lalu.

Selain itu petani semakin merugi lantaran harga rumput laut di pasaran saat ini hanya berkisar Rp 17.000 per kilogramnya.

Kompas TV Tim Liputan Kompas TV mencari tahu bagaimana budidaya yang dilakukan dan juga proses pengolahan rumput laut menjadi dodol.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com