Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/02/2018, 09:55 WIB
Reni Susanti,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

Dari tiga hasil survei itu, elektabillitas pasangan Rindu dan 2DM lebih tinggi dibanding dua paslon lainnya. Dengan angka tersebut, kedua pasangan tersebut bisa menang jika Pilgub Jawa Barat digelar hari ini.

Namun Pilkada Jabar akan berlangsung Juni 2018. Itu artinya, ada waktu sekitar 4 bulan bagi Sudrajat-Ahmad Syaikhu dan TB Hasanuddin-Anton Charliyan mengejar elektabilitas. Walaupun perjuangan kedua pasangan itu lebih berat dibanding dua pasangan lainnya.

Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Philips J Vermonte mengatakan, jika melihat survei Cyrus Network, Sudrajat-Syaikhu baru mengantongi elektabilitas 5 persen, sedangkan TB Hasanuddin-Anton Charliyan 2,5 persen.

“Untuk paslon yang masih sedikit dukungannya tadi dengan popularitas 28,4 persen (Sudrajat-Syaikhu) dan 25,3 persen (Hasanuddin-Anton), tetapi efisiensi sudah lebih dari 90 persen. Jadi ini sebetulnya ruang menambah elektabilitas sangat mungkin," kata Philips.

Philips mencontohkan, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat pencalonan Pilpres 2004. Dalam sejumlah survei, elektabilitas SBY saat itu hanya di kisaran 7 persen.

"Tetapi karena kampanyenya yang efektif dan efisien, dia bisa menang," kata Philips.

(Baca juga: 12 Maret, KompasTV Tayangkan Secara Langsung Debat Perdana Pilkada Jawa Barat)

Di sisi lain, tingkat kemantapan responden yang disurvei Cyrus Network masih rendah di level 30,3 persen.

Selain itu, sambung Philips, pemilih di Jabar adalah pemilih yang mudah pindah ke lain hati. Itu terlihat dari pemilihan legislatif 1999. Saat itu, PDI-P memeroleh suara terbanyak.

Lima tahun berikutnya dimenangkan Golkar dan di 2009 giliran Demokrat. Berubah kembali di 2014, Gerindra memimpin dengan perolehan suara terbanyak.

Bahkan di Pilkada Jabar 2012, lanjut Philips, survei elektabilitas tertinggi dimiliki Dede Yusuf. Namun suara berpindah dan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar yang keluar sebagai pemenang.

"Segala sesuatu masih mungkin. Persis Pilkada 2012, berbagai survei tertinggi Dedi Yusuf. Tetapi ternyata suara pindah dan dia kalah. Peluang besar masih untuk semua calon," katanya.

Wawuh, wanoh, dipilih

Pengamat politik dari Universitas Parahyangan Bandung, Prof Asep Warlan Yusuf mengatakan, dalam memilih seorang pemimpin ada beberapa tahapan yang dilakukan orang Sunda.

Pertama wawuh atau kenal. Setelah mengenalnya, kemudian wanoh atau akrab. Baru setelah akrab disukai dan dipilih.

“Pola orang Sunda begitu, wawuh, wanoh, terus disukai baru dipilih. Saat ini, baru memasuki tahapan wawuh, mengenal dulu para calon, visi misinya seperti apa, dan lainnya,” ungkapnya kepada Kompas.com, Senin (19/2/2018).

Karenanya, hasil survei elektabilitas saat ini belum menunjukkan siapa pemenang Pilkada Jabar 2018. Sebab, setiap hari angka itu terus bergerak hingga saatnya pencoblosan. Itu artinya, berbagai kemungkinan masih bisa terjadi.

“Seseorang menentukan pilihannya itu biasanya 1 minggu bahkan beberapa hari sebelum pencoblosan. Jadi di masa mengambang seperti sekarang, masyarakat belum menentukan pilihan,” ucapnya.

Asep mengingatkan, elektabilitas sekarang baru menggambarkan figur, belum ke program hingga visi misi. Saat petugas survei bertanya, apakah anda mengenal calon tertentu, masyarakat menjawab siapa yang dikenalnya.

“Baru sebatas itu, belum bisa menggambarkan potensi menang pasangan tertentu. Yang pasti saya berharap masyarakat memilih calon pemimpin yang sangat tahu Jabar, pro Jabar, peduli pada Jabar,” tuturnya.

Mengenai pemilih yang mudah goyah, dia mengatakan, sebanyak 30 persen masyarakat di perkotaan mudah goyah dalam menentukan pilihan. Hal itu salah satunya disebabkan mobilitas yang tinggi.

Namun yang harus diingat, 70 persen masyarakat pedesaan bukan orang yang mudah goyah. Untuk mendapatkan hati pemilih Sunda, kuncinya ada pada wawuh, wanoh, disukai, maka akan dipilih.

Asep menilai, pasangan Hasanah paling berat dalam Pilkada Jabar 2018 jika hanya mengandalkan mesin partai PDI-P. Sebab hingga kini belum terlihat segmen mana yang sudah pasti memilihnya.

Ridwan Kamil jelas segmennya. Kaum milenial, pengguna medsos, orang-orang kreatif, perempuan, dan ibu-ibu menjadi segmennya Ridwan Kamil,” ucapnya.

Segmen dua DM ada pada budaya Sunda dan segmen pasangan Asyik ada pada kelas menengah ke atas di Pilgub Jabar 2018.

“Yang belum jelas Tb Hasanuddin-Anton. Karenanya pasangan ini perlu mengajak tokoh yang bisa menarik pemilih,” tutupnya.

 

Kompas TV Setelah penetapan nomor urut Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Barat melanjutkan rangkaian tahapan Pemilihan Kepala Daerah 2018.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com