Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengungsi Bencana Asap Hanya Bisa Bawa Pakaian...

Kompas.com - 30/08/2016, 16:37 WIB
Kompas TV Kabut Asap Semakin Pekat di Kota Pekanbaru

"Sebagian besar keluhan pasien adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), sakit mata, dan diare," katanya.

Menurut Hasrat Najara (35), pengungsi lain yang juga karyawan PT Andhika, mereka sudah tiga kali mengungsi selama tiga hari berturut-turut.

Hari Rabu, saat api membakar barak, mereka mengungsi ke kantor divisi. Namun, karena kabut asap bekas kebakaran sangat tebal di lokasi pengungsian, mereka harus dipindah ke lokasi Kantor Rayon pada Kamis.

"Jumat, kabut asap sudah terlalu tebal sehingga pihak Kecamatan Bonai Darussalam membuat lokasi pengungsian di tepi sungai ini. Kami akhirnya diminta pindah ke pengungsian, dibantu polisi dan TNI," kata Hasrat.

Lokasi strategis

Camat Bonai Darusalam Setiyono mengatakan, pilihan pengungsian di lokasi itu paling memungkinkan karena ada sumber air sungai mengalir yang dapat dipakai warga untuk mencuci, buang air, dan mandi.

Sungai selebar 80 meter itu tidak memiliki jembatan, tetapi tersedia ponton perusahaan minyak dan perahu warga desa setempat. Mereka bersedia membantu pengungsi menuju ke desa di seberang sungai.

"Kami kekurangan pasokan makanan. Untuk tenda, ada bantuan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Obat- obatan dan mobil ambulans ada dari puskesmas. Sejak pengungsian ini dibuka, perusahaan (PT Andhika) belum ada menyalurkan makanan buat pekerjanya yang mengungsi," kata Setiyono.

Sementara itu, bantuan dari Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir kepada pengungsi juga belum ada. Persoalan kekurangan makanan juga disampaikan Wati Zebua, ibu dua anak yang ikut mengungsi.

Hari Sabtu, kata Wati, mereka mendapat bantuan makanan dari aparat desa berupa beras dan mi instan. Namun, karena jumlah pengungsi banyak, bantuan pangan itu tak dapat dibagikan secara merata. Pengungsi yang punya uang diminta membeli makanan sendiri di desa di seberang sungai.

Sementara itu, anak-anak dan remaja yang sedang mandi mencari lokan (kerang sungai).

"Kerang itu menjadi lauk kami hari ini," kata Wati.

Kebakaran di lahan PT Andhika diduga menjadi salah satu penyumbang asap pada bencana asap di Riau, Agustus ini. Sampai kemarin, api di lahan itu belum padam. Pengeboman air dari udara terkendala karena helikopter tak dapat menembus lokasi kebakaran yang masih dikelilingi asap pekat.

Kepolisian Daerah Riau belum dapat menetapkan perusahaan itu sebagai tersangka. Direktur Kriminal Khusus Polda Riau Komisaris Besar Rivai Sinambela mengatakan, pihaknya sedang menurunkan penyidik Polda Riau untuk menyelidiki kasus kebakaran di perusahaan itu.

"Biarkan kami melakukan penyelidikan terlebih dahulu. Kami tidak mau gegabah menetapkan (perusahaan) sebagai tersangka," kata Rivai. (Syahnan Rangkuti)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 30 Agustus 2016, di halaman 1 dengan judul "Hanya Bisa Bawa Pakaian...".

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com