Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemiskinan di Banten: Saat ”Rumah” Atut Tak Sesuai Harapan

Kompas.com - 22/10/2013, 10:13 WIB

Di Desa Kilayah, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, kemiskinan juga mendera Asep Ruhiyat (48). Meskipun jaraknya sekitar 10 kilometer dari Kota Serang, nasibnya sama tragis dengan Ulyati dan Wasiudin.

Tiga tahun lalu, Asep kehilangan anak sulungnya, Aam Amalia, yang terserang panas tinggi. Sampai sekarang, Asep tak tahu penyakit yang diderita anaknya itu. ”Kalau sakit biasanya diobati dengan obat kampung yang dibeli di warung,” ujar Asep, penganggur, yang tinggal bersama istri, mertua, dan anak-anaknya.

Asep pernah menjadi sopir di perusahaan baja Krakatau Steel, tetapi terkena PHK massal akibat krisis.

Ironi pertumbuhan

Ironisnya, menurut laporan Bank Indonesia, Banten mengalami pertumbuhan ekonomi pesat. Pada triwulan II-2013, pertumbuhan mencapai 5,66 persen atau mendekati pertumbuhan nasional 5,81 persen.

Provinsi dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa yang tersebar di delapan kabupaten/kota, tercatat punya nilai ekspor 9,48 miliar dollar AS tahun lalu.

Badan Pusat Statistik (BPS) Banten juga mencatat, produk domestik regional bruto Banten naik dari tahun ke tahun. Ini berarti pendapatan rata-rata penduduk membaik. Namun, kemiskinan justru meningkat. Jika per Maret 2012 jumlah orang miskin di Banten 652.766 jiwa, pada Maret 2013 jumlahnya menjadi 656.243 jiwa.

 
Angka pengangguran juga masih tinggi. Hingga Februari lalu, jumlah penganggur 552.895 jiwa atau 10,10 persen dari angkatan kerja sebanyak 4,9 juta jiwa. Celakanya, angkatan kerja di Banten sebagian besar hanya SD.

Meski demikian, menyikapi kemiskinan di Banten, Sekretaris Daerah Provinsi Banten Muhadi berkilah semua provinsi menghadapi hal yang sama. ”Jika mengutip data BPS, tahun ini tingkat kemiskinan nasional 11,37 persen, dan di Banten hanya 5,74 persen. Ini berarti kami lebih baik menanganinya jika dibandingkan nasional,” ujarnya.

Sorotan terhadap Atut sekarang ini diharapkan Muhadi jangan membuat penilaian negatif. Sebab, kepemimpinan Atut dinilai sukses membuat Banten unggul di beberapa bidang. (Dahlia Irawati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com