Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesisir Kota Semarang Terancam Tenggelam, Ahli Tata Ruang Jelaskan Penyebabnya

Kompas.com - 02/11/2022, 06:00 WIB
Riska Farasonalia

Penulis

KOMPAS.com - Penurunan permukaan tanah (land subsidence) mengancam wilayah Kota Semarang, Jawa Tengah.

Berdasarkan riset dari para peneliti penurunan permukaan tanah di Kota Semarang mencapai 10 sentimeter setiap tahunnya.

Atas permasalahan tersebut dimungkinkan kawasan pesisir Kota Semarang akan tenggelam lebih cepat.

Baca juga: Rumah Baca Apung Tambak Lorok Semarang Riwayatmu Kini

Penyebab land subsidence

Ahli Tata Ruang dan Planologi, Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Mila Karmila menjelaskan, berdasarkan penelitian penurunan permukaan tanah di kawasan pesisir Kota Semarang sudah mencapai lebih dari 10 sentimeter setiap tahun.

"Bahkan penelitian dari Belanda menyebut di kawasan kampus Unissula (Kaligawe, Semarang Utara) sudah mencapai 11 sentimeter setiap tahun," ungkap dia kepada Kompas.com dikutip Selasa (1/11/2022).

Dia mengatakan, penurunan permukaan tanah di kawasan pesisir Kota Semarang diperparah karena adanya pengambilan air tanah yang eksploitatif.

Selain itu, penyebab lainnya yakni karena adanya pembebanan bangunan.

"Kawasan pesisir Kota Semarang itu masih tanah muda artinya mengalami pemampatan terus menerus. Jadi tanpa ada beban pun sebenarnya sudah menurun. Belum lagi kalau ada beban di atasnya. Kemudian ada pengambilan air bawah tanah besar-besaran, jadi semakin parah land subsidence di Semarang ini," kata dia.

Ketersediaan air bersih

Menurut dia, pengambilan air bawah tanah secara masif dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sektor industri.

Di sisi lain, kata dia, kebutuhan air bersih yang disediakan oleh PDAM selama ini belum mampu mencukupi kebutuhan industri.

"PDAM tidak menjadi solusi karena hanya mampu mencukupi kebutuhan bagi warga. Apalagi untuk memenuhi kebutuhan industri masih belum cukup," ucap dia.

Untuk itu, pemerintah harus bisa memberikan solusi alternatif terkait ketersedian air bersih yang mampu mencukupi kebutuhan masyarakat termasuk industri.

"Artinya, pemerintah harus bertanggung jawab. Kalau melarang industri mengambil air tanah, harus menyediakan dulu air permukaan yang bisa digunakan sebagai pengganti air bawah tanah, karena kalau airnya jelek pasti tidak mau," ujar dia.

Baca juga: Hujan Deras, Dermaga Tambakrejo Semarang Dipenuhi Sampah Kiriman, Banyak Perahu dan Jaring Nelayan yang Rusak

Banjir rob

Lembaga Riset Kebencanaan Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) bekerja sama dengan Laboratorium Geodesi ITB mengkaji banjir rob di Pantai Utara Jawa.

Hasilnya, banjir rob di Pantura pada 23 Mei 2022 sangat erat kaitannya dengan penurunan tanah atau land subsidence.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Regional
Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Regional
Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Regional
Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Regional
Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Regional
Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Regional
Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, 'Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta'

Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, "Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta"

Regional
Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Regional
Sempat Menghilang, Pedagang Durian 'Sambo' Muncul Lagi di Demak

Sempat Menghilang, Pedagang Durian "Sambo" Muncul Lagi di Demak

Regional
Diajak Menikah, Mahasiswi Ditipu Marinir Gadungan hingga Kehilangan Uang dan Ponsel

Diajak Menikah, Mahasiswi Ditipu Marinir Gadungan hingga Kehilangan Uang dan Ponsel

Regional
Hilang 9 Hari, Nenek 80 Tahun di Sikka Ditemukan Meninggal

Hilang 9 Hari, Nenek 80 Tahun di Sikka Ditemukan Meninggal

Regional
Kesaksian Penumpang KM Bukit Raya Saat Kapal Terbakar, Sempat Disebut Ada Latihan

Kesaksian Penumpang KM Bukit Raya Saat Kapal Terbakar, Sempat Disebut Ada Latihan

Regional
Irjen Pol Purn Johni Asadoma Mendaftar sebagai Calon Gubernur NTT ke PAN

Irjen Pol Purn Johni Asadoma Mendaftar sebagai Calon Gubernur NTT ke PAN

Regional
Jadi Bandara Domestik, SMB II Palembang Tetap Layani Penerbangan ke Jeddah dan Mekkah

Jadi Bandara Domestik, SMB II Palembang Tetap Layani Penerbangan ke Jeddah dan Mekkah

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com