Salin Artikel

Pesisir Kota Semarang Terancam Tenggelam, Ahli Tata Ruang Jelaskan Penyebabnya

KOMPAS.com - Penurunan permukaan tanah (land subsidence) mengancam wilayah Kota Semarang, Jawa Tengah.

Berdasarkan riset dari para peneliti penurunan permukaan tanah di Kota Semarang mencapai 10 sentimeter setiap tahunnya.

Atas permasalahan tersebut dimungkinkan kawasan pesisir Kota Semarang akan tenggelam lebih cepat.

Penyebab land subsidence

Ahli Tata Ruang dan Planologi, Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Mila Karmila menjelaskan, berdasarkan penelitian penurunan permukaan tanah di kawasan pesisir Kota Semarang sudah mencapai lebih dari 10 sentimeter setiap tahun.

"Bahkan penelitian dari Belanda menyebut di kawasan kampus Unissula (Kaligawe, Semarang Utara) sudah mencapai 11 sentimeter setiap tahun," ungkap dia kepada Kompas.com dikutip Selasa (1/11/2022).

Dia mengatakan, penurunan permukaan tanah di kawasan pesisir Kota Semarang diperparah karena adanya pengambilan air tanah yang eksploitatif.

Selain itu, penyebab lainnya yakni karena adanya pembebanan bangunan.

"Kawasan pesisir Kota Semarang itu masih tanah muda artinya mengalami pemampatan terus menerus. Jadi tanpa ada beban pun sebenarnya sudah menurun. Belum lagi kalau ada beban di atasnya. Kemudian ada pengambilan air bawah tanah besar-besaran, jadi semakin parah land subsidence di Semarang ini," kata dia.

Ketersediaan air bersih

Menurut dia, pengambilan air bawah tanah secara masif dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sektor industri.

Di sisi lain, kata dia, kebutuhan air bersih yang disediakan oleh PDAM selama ini belum mampu mencukupi kebutuhan industri.

"PDAM tidak menjadi solusi karena hanya mampu mencukupi kebutuhan bagi warga. Apalagi untuk memenuhi kebutuhan industri masih belum cukup," ucap dia.

Untuk itu, pemerintah harus bisa memberikan solusi alternatif terkait ketersedian air bersih yang mampu mencukupi kebutuhan masyarakat termasuk industri.

"Artinya, pemerintah harus bertanggung jawab. Kalau melarang industri mengambil air tanah, harus menyediakan dulu air permukaan yang bisa digunakan sebagai pengganti air bawah tanah, karena kalau airnya jelek pasti tidak mau," ujar dia.

Banjir rob

Lembaga Riset Kebencanaan Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) bekerja sama dengan Laboratorium Geodesi ITB mengkaji banjir rob di Pantai Utara Jawa.

Hasilnya, banjir rob di Pantura pada 23 Mei 2022 sangat erat kaitannya dengan penurunan tanah atau land subsidence.

Kepala Lembaga Riset Kebencanaan IA-ITB Heri Andreas mengatakan, banjir rob diperparah oleh terjadinya gelombang tinggi dan jebolnya tanggul di beberapa tempat.

"Laju atau kecepatan penurunan tanah di Semarang, Pekalongan, dan Demak saat ini ada yang mencapai 10 hingga 20 sentimeter per tahun. Ini merupakan laju tercepat yang tercatat di dunia," ujar Heri diberitakan Kompas.com, Senin (30/5/2022).

Warga pesisir tenggelam

Dampak penurunan permukaan air tanah yang signifikan ini sangat dirasakan oleh warga kawasan pesisir Kota Semarang.

Seperti yang terjadi di Kampung Tambaklorok, Kelurahan Tanjung Emas.

Warga harus menghabiskan uang puluhan juta rupiah setiap tahun untuk meninggikan rumah karena muka tanah terus turun.

Warga Tambaklorok, Amron mengatakan, saat ini bangunan rumahnya yang sebelumnya dua lantai kini hanya tersisa satu lantai.

"Teras yang kita duduki ini dulunya itu atap rumah. Sekarang jadi teras," jelas dia diberitakan Kompas.com, Selasa (31/5/2022).

Jika dihitung, Amron sudah enam kali meninggikan rumahnya agar tidak tenggelam saat ada banjir rob.

Upaya Pemkot Semarang

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyebut, faktor paling dominan yang menjadi penyebab penurunan permukaan tanah yakni penggunaan air tanah berlebihan.

"Sumbangan terbesar penurunan tanah adalah pemakaian air tanah," jelas Hendrar diberitakan Kompas.com, Senin (30/5/2022).

Berdasarkan data yang diperolehnya, sampai saat ini masih banyak perusahaan di Kawasan Industri Tanjung Emas Semarang yang menggunakan air tanah.

Untuk mengatasi penurunan permukaan tanah di Kota Semarang, perlu adanya tim gabungan untuk menyosialisasikan kepada pelaku usaha.

"Kita memang perlu sosialisasikan agar ada perpindahan dari air tanah ke air PDAM," ungkap dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/11/02/060000778/pesisir-kota-semarang-terancam-tenggelam-ahli-tata-ruang-jelaskan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke