KUPANG, KOMPAS.com - Air mata Carolina Bait Lake, menetes membasahi kedua pipinya yang mulai keriput, tatkala melihat putrinya Rosa Abi di layar telepon seluler buatan Korea Selatan yang ia genggam.
Wanita berusia 70 tahun asal Desa Haumeni, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), sudah enam tahun tak bertemu putrinya yang kini bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia.
Jari jemari berwarna kuning kecokelatan Carolina, sedikit gemetar saat mengusap layar ponsel berwarna abu-abu.
Beberapa kali Carolina berpindah kursi mencari posisi duduk yang pas, untuk melepas kangen dengan putri kelimanya itu.
Baca juga: Kisah Para Penderma di Tengah PPKM Darurat, Beri Rp 5 Juta hingga Bagi 1.000 Porsi Soto
Carolina sedang menggunakan panggilan video dengan jaringan 4G. Dia melihat jelas wajah sang putri yang jauh di negeri Jiran, tanpa adanya gangguan, karena kekuatan sinyal telah penuh.
Mengenakan kaus panjang berwarna biru tua bergaris putih dan dipadu kain sarung tanpa alas kaki, Carolina duduk persis di sudut ruangan, dekat kamar tidur bagian depan.
Rumah yang dia tempati bersama suaminya Patrisius Manoe Abi (74), dibangun sederhana, memiliki dua kamar tidur dan satu kamar tamu.
Bentuknya, semi permanen, berdinding kayu, beratap seng dan lantai semen yang beralaskan karpet plastik. Di beberapa sisi terlihat sudah bolong.
Dia menanyakan kabar putrinya, yang telah sembilan tahun bekerja sebagai buruh di kebun kelapa sawit, Sabah, Malaysia Timur.
Air mata yang semula mengucur deras, mulai mengering dan diganti tawa lepas, saat mendengar cerita dan curahan hati Rosa seputar pekerjaannya.
Begitu pun sebaliknya, Carolina terlihat bersemangat menceritakan kondisi keluarga mereka di kampung. Termasuk, adanya banyak perubahan di desa mereka. Satu di antaranya jaringan komunikasi seluler.
"Sekarang kita tidak perlu jalan jauh-jauh untuk cari sinyal telepon, cukup tidur di dalam kamar, kita sudah bisa telepon dan video call," kata Carolina sembari tertawa.
Baca juga: Menteri PPPA Minta Anak-anak Pintar dan Bijaksana Gunakan Internet