Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Sejarah di Sepiring Lontong Cap Go Meh

Kompas.com - 14/02/2021, 07:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Cap Go Meh dirayakan pada tanggal 15 Cia-gwee sebagai penutup rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek.

Biasanya masyarakat Tionghoa di Nusantara menikmati sajian khas yakni ketupat cap go meh. Salah satunya adalah masyarakat Cina Peranakan di Kota Semarang, Jawa Tengah.

Mengutip buku “Hari-Hari Raya Tionghoa” yang ditulis oleh Marcus A.S terbitan Suara Harapan Bangsa, lontong Cap Go Meh sudah ada sejak lebih dari 250 tahun yang lalu.

Baca juga: Resep Lontong Cap Go Meh dan Bubuk Kedelai Gurih

Lontong Cap Go Meh ibarat ketupat saat perayaan Idul Fitri di Indonesia. Bagi sebagian besar orang Indonesia yang merayakan Cap Go Meh, perayaan Cap Go Meh terasa tak lengkap jika tidak ada lontong cap go meh.

Penelitian Listya Ayu Saraswati dan P. Ayu Indah Wardhani yang bertajuk Perjalanan Multikultural dalam Sepiring Ketupat Cap Go Meh menjelaskan cap go meh berasal dari dialek bahasa Hokkian yang berarti malam ke-limabelas.

Perayaan Cap Go Meh sendiri lebih populer di Indonesia, Singapura, dan Malaysia.

Sementara di Cina, Cap Go Meh adalah puncak perayaan Tahun Baru Imlek yang perayaannya lebih bersifat sosial dan ‘pesta rakyat’ seperti berpawai, arak-arakan pertunjukan barongsai di jalan, serta menyalakan lampion sebagai dekorasi kota.

Baca juga: Lentog Tanjung, Makanan Khas Kudus yang Mirip Lontong Cap Go Meh

Lontong cap go meh menggantikan ronde

Ilustrasi wedang ronde. Dok. Shutterstock/ Rosdaniar Ilustrasi wedang ronde.
Selain pesta rakyat, cap go meh juga dirayakan di lingkungan keluarga melalui tradisi makan bersama. Di Cina salah satu makanan khasnya adalah yuan xiao (bahasa Mandarin) atau dikenal dengan ronde.

Ronde adalah bola-bola yang terbuat dari beras ketan (seperti moci) dan dimakan bersama dengan kuah rebusan gula dan rempah.

Yuan Xiao atau ronde adalah simbol mempererat persaudaraan, kebersamaan, dan mendapatkan kebahagiaan di tahun yang baru.

Baca juga: Resep Ronde Beranak, Wedang Ronde Anti-mainstream

Dalam ingatan masyarakat Cina Peranakan, ronde adalah putih-kenyal-hangat dan terbuat dari nasi ketan.

Sedangkan realitas masyarakat Pulau Jawa dan hampir di seluruh Nusantara makanan utamanya adalah beras nasi.

Pembuatan ketupat atau lontong diperkirakan mengadopsi pembuatan bakcang (nasi ketan isi daging, jamur, ebi, telur, dan bumbu kacang yang dibungkus daun bambu/kelapa).

Baca juga: Sejarah Hari Wedang Ronde, Perayaan Terakhir Penanggalan Imlek

Dan, makanan opor sebagai pelengkap ketupat adalah modifikasi “sup ayam” Cina dan makanan berbumbu rempah yang dimiliki masyarakat lokal Jawa. Dua jenis makanan ini dapat dipahami masih memiliki asosiasi dengan ronde.

Bola ketan ronde yang berwarna putih dan bertekstur lengket/kenyal memiliki kemiripan dengan warna dan tekstur ketupat/lontong.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com