KOMPAS.com - Aksi mahasiswa di Yogyakarta mendesak elite politik untuk menggelar rekonsiliasi nasional pasca-pemilu.
Para mahasiswa berpendapat, rekonsiliasi tersebut dianggap mampu mendinginkan situasi politik yang tengah memanas akhir-akhir ini.
Sementara itu, sejumlah relawan Jokowi-Ma'ruf di Surabaya juga mengajak masyarakat untuk melakukan rekonsiliasi nasional.
Hal itu akan segera terwujud jika rekonsiliasi terlebih dahulu dilakukan di daerah-daerah.
Baca fakta lengkapnya berikut ini:
Kelompok Mahasiswa Cipayung Plus saat bertemu Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi ( Menristekdikti) Mohamad Nasir di Gedung D Kemenristekdikti (20/5/2019) menyampaikan 4 pernyataan sikap terkait Pemilu 2019.
Salah satunya mendukung persatuan dan kesatuan bangsa, serta menolak seluruh gerakan inkonstitusional pasca-pemilu.
Salah satu penyataan sikap itu adalah: Kami mahasiswa Indonesia – yang tergabung dalam Kelompok Cipayung (HMI, PMII, GMKI, GMNI, PMKRI), IMM, Hikmahbudhi, KMHDI – mengimbau kepada seluruh elemen bangsa Indonesia agar selalu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Baca Juga: Terkait Pelaksanaan Pemilu 2019, Ini 4 Pernyataan Sikap Mahasiswa
Dalam aksinya, para mahasiswa menolak gerakan inkonstitusional dan mendesak para elite politik melakukan rekonsiliasi pasca-pemilu 2019.
"Kita mendorong para elite politik segera rekonsiliasi. Jangan justru memberikan propaganda negatif yang dapat memecah belah bangsa," ujar koordinator aksi, Afrizal Rudolf, di simpang tiga UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Rabu.
Menurutnya, dalam situasi saat ini peran elite politik sangatlah penting untuk mendinginkan suasana.
Afrizal mengatakan, kerusuhan yang terjadi saat ini adalah bentuk-bentuk reaksioner. Aliansi Mahasiswa Jogja khawatir reaksi tersebut mengarah pada tindakan-tindakan yang inkonstitusional.
Baca Juga: Mahasiswa di Yogyakarta Desak Elit Politik Segera Rekonsiliasi