Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelum Dievakuasi, 6 Bulan "Sapto" Dikurung di Kandang Ayam

Kompas.com - 25/01/2019, 08:10 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Menjadi peliharaan oknum pejabat salah satu instansi di Aceh bukannya membuat hidup "Sapto" bahagia.

Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) berkelamin jantan itu diperlakukan bak manusia, sesekali makan nasi dengan lauk-pauknya, namun lebih sering menyantap sisa makanan sang pemilik. Akibatnya, primata paling dilindungi berusia dua tahun ini mengalami malnutrisi.

Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) yang mendapat informasi keberadaan Sapto dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut bergerak cepat mendatangi lokasi kawasan permukiman Gampong Paya, Kecamatan Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Provinsi Aceh, Selasa (22/1/2019) kemarin.

"Enam bulan lalu, Sapto dibeli dari seorang warga yang menemukannya di ladang. Dianggap lucu, setelah dibeli Sapto dibawa pulang pemiliknya," kata Ketua YOSL-OIC Panut Hadisiswoyo, Kamis (24/1/2019).

Baca juga: Unyil Melahirkan, Taman Satwa Cikembulan Tambah Koleksi Orangutan

Menurut Panut, pemilik memperlakukan Sapto dengan sangat memprihatinkan. Dia dirawat layaknya manusia sehingga menghilangkan sifat-sifat alaminya sebagai hewan.

Selain soal makanan, setiap hari Sapto dikurung di kandang ayam. Bersebelahan dengan ayam-ayam yang dijual. Kebetulan, sang pemilik juga punya usaha ayam potong.

"Awalnya pemilik menolak Sapto disita, kami sempat berdebat. Kami jelaskan kalau orangutan adalah satwa dilindungi. Akhirnya dia bersedia, tapi pakai syarat, dia minta ganti rugi uang perawatan. Ini biasa terjadi saat penyitaan. Selasa sore, kami bawa Sapto ke Medan, dia bisa bertahan dalam perjalanan," ungkapnya.

Baca juga: Bayi Orangutan Lahir di Batam dan Dinamai Bintan

"Dari informasi yang kami dapat, Sapto setiap malam tidur bersama anak sang pemilik di dalam rumah hanya siang saja dimasukkan ke kandang. Ini sangat berbahaya karena orangutan adalah satwa liar," sambung Panut.

Zulhilmi, dokter hewan dari YOSL-OIC yang ikut dalam proses evakuasi mengatakan, rencananya Sapto akan direhabilitasi.

Dibawa ke karantina The Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP) di Batumbelin, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara. Alasannya, untuk periksaan kesehatan berkelanjutan.

Baca juga: Enam Orangutan Dilepasliarkan di Hutan Kutai Timur

"Kondisinya malnutrisi, asupan makanannya sangat sedikit. Hasil pengamatan awal, fisik luar Sapto tampak normal. Tidak ada bekas luka," katanya.

Ke halaman selanjutnya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com