Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Evakuasi Harimau Bonita Dirahasiakan Petugas Gabungan

Kompas.com - 22/04/2018, 10:48 WIB
Citra Indriani,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PEKANBARU, KOMPAS.com - Evakuasi harimau sumatera, Bonita, setelah dilumpuhkan dengan tembakan bius petugas harus melakukan pengamanan ketat dan dirahasiakan.

Hal itu dilakukan untuk menghindari amukan warga terhadap Bonita. Karena, Bonita sebelumnya telah menewaskan dua orang pekerja di desa Tanjung Simpang, Jumiati dan Yusri Effendi.

Dalam proses evakuasi, petugas kepolisian dari Polres Indragiri Hilir (Inhil), Koramil 06/Kateman dan Polhut bersiaga. Petugas juga masih dilengkapi senjata api.

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono, setelah berhasil ditangkap bonita langsung kita evakuasi.

"Kita memang sempat menahan informasi kepada media bahwa Bonita sudah ditangkap Jumat (20/4/2018) pagi. Hal ini kami lakukan untuk menghindari ketegangan warga di lokasi konflik," ucap Suharyono.

Baca juga : Harimau Bonita akan Diobservasi terkait Perubahan Tingkah Laku

Dia mengaku, saat proses evakuasi Bonita warga semakin banyak berdatangan untuk melihat. Sehingga evakuasi dilakukan melalui jalur air dan darat.

"Dari kebun sawit PT THIP, kita langsung membawa Bonita lewat Sungai Indragiri menggunakan speed boat menuju Tembilahan. Untuk mengangkat box trap kita menggunakan crane," kata Suharyono.

Setelah sampai di Tembilahan, lanjut dia, Bonita dicek kesehatannya oleh tim medis karena pengaruh bius masih ada di tubuh Bonita.

Selanjutnya, tim langsung meluncur ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera (PRHS) Yayasan Arsari di Dharmasraya, Sumatera Barat (Sumbar), menggunakan jalur darat, untuk dilakukan observasi.

"Sekarang Bonita akan kita observasi dan diteliti perubahan tingkah lakunya," kata Suharyono.

Baca juga : Penyelamatan Harimau Bonita Tercatat Terpanjang Dalam Sejarah

Sebelumnya, warga dari Desa Pulau Muda Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau melakukan aksi demonstrasi ke lokasi konflik harimau sumatera di Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran, Inhil, Riau, Senin (12/3/2018).

Demo warga itu dilakukan setelah Bonita menerkam Yusri Effendi, Sabtu (10/3/2018) lalu. Warga saat itu kesal dengan petugas yang tidak membunuh raja hutan tersebut.

Warga terus mendesak tim untuk melumpuhkan Bonita dengan peluru tajam. Namun hal itu tidak dilakukan petugas, karena harimau sumatera salah satu satwa dilindungi.

Sehingga, petugas mempertimbangkan untuk melumpuhkan dengan peluru tajam tersebut dan berupaya mencari momen penembakan bius.

Untuk meredam amarah warga, petugas terus melakukan pendekatan dan mencoba menenangkan warga dengan beberapa kali pertemuan.

Baca juga : Dua Kali Ditembak Bius, Harimau Bonita Akhirnya Berhasil Ditangkap

Upaya petugas pun akhirnya berbuah manis. Harimau Bonita berhasil ditangkap dengan selamat dan warga dapat kembali beraktivitas tanpa rasa takut.

Sebelumnya, harimau sumatera dengan nama latin Panthera Tigris Sumatrae itu, menerkam Jumiati hingga tewas pada 3 Januari 2018 lalu. Korban ditemukan tewas mengenaskan setelah diterkam si raja hutan yang dijuluki 'Datuk' itu.

Setelah menerkam Jumiati, Bonita kerap muncul di permukiman warga dan di sejumlah blok perkebunan sawit perusahaan, yang membuat keresahan warga.

Lebih kurang satu bulan setelah menerkam Jumiati, Bonita kembali menerkam Yusri Effendi, pekerja bangunan sarang burung walet di Dusun Sinar Danau Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran, Sabtu (10/3/2018) lalu.

Kompas TV Petugas gabungan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau, masih mencari harimau Sumatera yang diberi nama Bonita.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com