Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Garam Naik dan Langka, Peternak Sapi Menjerit

Kompas.com - 04/08/2017, 08:33 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Langka dan mahalnya harga garam membuat para peternak sapi di Kabupaten Semarang menjerit. Sebab, garam selama ini menjadi salah satu bahan campuran untuk suplemen sapi atau biasa di sebut komboran.

Ketua Kelompok Tani Ternak Bangunrejo, Desa Polosiri, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Juwarto mengatakan, ada sekitar 1.000 sapi yang dipelihara oleh anggotanya. Untuk memenuhi kebutuhan komboran bagi 1.000 sapi, dibutuhkan 250 kg garam krosok.

Kenaikan harga garam ini, sambung Juwarto, membuat peternak makin terpukul. Karena sebelumnya, bahan-bahan pembuat konsentrat seperti gandum dan bekatul sudah naik.

"Sudah biaya produksi konsentrat mahal, sekarang harga garam naik. Ini sangat berpengaruh, karena kita biasanya membeli paling mahal perkilogramnya Rp 1.000 sekarang perkilogramnya bisa Rp 5.000 sampai Rp 6.000. Ini saja di pasaran sudah sulit," tutur Juwarto, Kamis (3/8/2017).

(Baca juga: Harga Tinggi, Petani Garam di Aceh Utara Stop Produksi)

 

Sebelum harga garam naik, sambung Juwarto, banyak pemasok garam krosok dari Pantura yang datang ke desanya. Namun akhir-akhir ini para pemasok garam tersebut tidak pernah datang lagi.

 

Akibat kenaikan harga garam yang mencapai 500 persen ditambah kelangkaan komoditas ini di pasaran, para peternak mengurangi volume garam pada air minum komboran. Dalam jangka panjang, praktik ini dikhawatirkan akan mengurangi produktivitas sapi potong.

"Dikasih seperlima dari biasanya, malah ada yang tidak ngasih sama sekali. Karena kita mau beli dimana sudah tidak ada. Hal ini berpengaruh ke nafsu minumnya. Kalau dikasih garam habis banyak, tapi kalau tidak dikasih minumnya sedikit," tuturnya.

Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan Pangan Kabupaten Semarang Urip Triyoga mengatakan, unsur garam yang dicampur dalam air minum sapi merupakan salah satu sumber mineral penting bagi kesehatan sapi.

(Baca juga: Dilema Pengusaha Ikan Kering di Tengah Tingginya Harga Garam)

 

Menurut Urip, pengurangan volume garam dalam komboran sapi akan menggangu kesehatan sapi. Nafsu makan sapi yang berkurang dikhawatirkan akan berdampak pada proses penggemukan sapi potong.

"Yang jelas pengaruhnya ke makanan, dampaknya akhirnya lama penggemukannya. Jadi terhambat dan sebagainya, itu memang salah satu kebutuhan sedikit tapi vital," kata Urip.

Pihaknya berharap, Pemerintah Pusat dapat segera membenahi tata niaga garam, sehingga harga garam stabil dan terjaga pasokannya.

Sebab jika masalah ini dibiarkan berlarut-larut, komoditas daging sapi dikhawatirkan akan kembali bergejolak.

"Harapan kita ini segera terselesaikan. Itu kasusnya hampir seperti pupuk, kalau nggak ada di sini kita kan harus mencari. Katakanlah berusaha dengan provinsi atau tingkat pusat, bagaimana ini mengatasinya," imbuhnya.

Kompas TV Langka dan mahalnya garam membuat produsen ikan asin di Kota Tegal, Jawa Tengah terancam bangkrut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com