Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alimin Tak Naikkan Harga Garam agar Tetangga Tidak Beli dari Malaysia

Kompas.com - 02/08/2017, 23:26 WIB
Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com – Di tengah harga garam yang melonjak tinggi, Alimin, petani garam di wilayah perbatasan Sebatik, Kabupatn Nunukan, Kalimantan Utara, mengaku tetap menjual garamnya seharga Rp 4.000 per kilogram.

Warga Desa Tanjung Karang ini mengaku enggan menaikkan harga garamnya karena tidak mau memberatkan para tetangganya yang merupakan konsumen utama garam buatannya.

"Kami tidak berani kasih naik harga, malah untuk tetangga kadang kita gratiskan. Warga sini masih mendatangkan garam dari Sulawesi atau Malaysia,” ujarnya, Rabu (2/8/2017).

Baca juga: Harga Garam Tinggi, Satam dan Suparti Pun Tersenyum...

Alimin mengaku selama satu tahun terakhir menggeluti pembuatan garam, penghasilannya yang didapat masih jauh dari cukup untuk menghidupi keluarganya.

Dari 5 meja yang dimilikinya, Alimin mengaku hanya mampu menghasilkan 40 kilogram garam kasar setiap 2 minggu. Itup un kalau cuaca cukup panas.

Untuk membuat garam beryodium masih membutuhkan proses lagi sebelum menjadi garam dengan kemasan 500 gram per bungkus.

“Satu meja menghasilkan 8 kilogram dengan waktu 2 minggu. Satu meja isinya 60 liter, setiap hari menguap 20 liter, kita tambah terus airnya mengganti air yang menguap hingga muncul butiran garamnya,” imbuhnya.

Peralatan membuat garam berupa 5 buah meja berukuran 2x4 meter yang dilapisi plastik khusus yang didapatkan Alimin dari pelatihan oleh pemerintah pusat. Saat itu, pelatihan tersebut diikuti kelompok usaha bersama yang beranggota 5 orang dan diketuai istrinya.

Dari 5 kolompok usaha bersama di desanya yang mendapat pelatihan, sebagian dari mereka kesulitan mempraktikkan ilmu pembuatan garam karena garam yang mereka hasilkan berwarna cokelat.

Karena merasa sayang jika peralatan yang didapat kelompok usaha bersama mengkrak dan tidak terpakai, Alimin pun memanfaatannya.

“Tidak ada yang bisa membuat garam karena harus mengangkut air dari tengah laut. (Sedangkan) kelompok usaha bersama ini (anggotanya) perempuan semua,” ucap Alimin.

Alimin mengaku akan tetap menggeluti usaha pembuatan garam meski hasilnya tidak mencukupi. Dia berharap, dari usaha pembuatan garam yang dikelolanya bisa memenuhi kebutuhan garam di desanya yang kebanyakan nelayan.

Kenaikan garam saat ini dipastikan akan memberatkan nelayan seperti warga Desa Tanjung Karang yang memanfaatkan garam untuk membuat ikan asin.

Baca juga: Harga Melonjak, Petani Garam Akhirnya Menikmati "Manisnya" Si Asin

Alimin berharap ada bantuan meja pembuatan garam agar bisa memprodiksi lebih banyak lagi.

Dengan garam buatannya, dia berharap warga desanya dan bahkan Kabupaten Nunukan bisa mencukupi kebutuhan garam dari desanya.

"Kalau ada bantuan peralatan saya mau menambah meja biar hasilnya banyak. Biar masyarakat sini tidak perlu lagi beli garam dari Sulawesi atau dari Malaysia,” pungkas Alimin.

Kompas TV Kelangkaan garam yang terjadi di sejumlah tempat di Pulau Jawa menyebabkan harga garam semakin mahal. 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com